Rabu, 27 September 2017

Kisah Saksi Mata Keganasan Gunung Agung 1963

Gunung Agung masih dalam status awas. Foto: MTVN/Raiza Andini

Metrotvnews.com, Karangasem: Letusan Gunung Agung di 1963 menyisakan luka mendalam bagi masyarakat Bali. Terutama warga Kabupaten Karangasem yang bermukim di kawasan rawan bencana (KRB).

Mangku Pasek, begitu nama salah satu saksi mata ganasnya Gunung Agung saat itu. Dia menceritakan kisah duka Bali saat gunung tertinggi di Pulau Dewat meletus dini hari 27 Januari 2017.

Kala itu, Mangku Pasek masih berusia 14 tahun. Terekam jelas di ingatannya, goncangan kuat dan suasana gelap gulita Karangasem.

"Ada suara gemuruh kuat sekali. Ada seperti ledakan hebat dan gempa berkali-kali, semua orang berhamburan," ungkap Mangku Pasek ketika berbincang dengan Metrotvnews.com, Rabu 27 September 2017.

Saat letusan Gunung Agung, Mangku Pasek bersama keluarga tengah bersembahyang di Pura Besakih untuk memohon keselamatan. Namun, bunyi letusan gunung itu cukup kuat dan terjadi berkali-kali.

Dia berlari menyelamatkan diri. Di belakangnya, muntahan abu vulkanik Gunung Agung mengejar.

"Dulu enggak seperti sekarang ada seperti ini (PVMBG). Semua warga masih di rumah, dan ada yang sudah mengungsi. Saya waktu itu di pura, langsung pulang lari," tambahnya.

Melihat Gunung Agung kembali aktif, Mangku Pasek terkenang akan teman-temannya yang dilahap abu vulkanik. Teman sepermainan tewas seketika diterjang abu panas yang suhunya mencapai ratusan derajat celcius tersebut.

Dia berdoa di depan patung penjaga di pos pengamatan Gunung Agung. Memohon keselamatan pada para leluhur.

"Ya saya ke sini untuk berdoa agar selamat semuanya, tidak seperti dahulu. Jika meletus jangan sampai ada korban," tandanya.

(SUR)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search