Jakarta, (Tagar 14/9/2017) - Ada sekelumit kisah unik dari seorang Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo. Mungkin sebagian publik belum mengetahuinya. Gatot Nurmantyo merupakan salah satu sosok militer yang menolak menerima brevet kehormatan Kopassus, yang sebenarnya bisa dengan mudah didapatkannya.

Untuk mendapatkan brevet kehormatan Kopassus itu, Gatot lebih memilih jalan terjal. Peristiwa itu terjadi tahun 2014. Sebagai seorang Jenderal berbintang empat, semestinya Gatot mudah untuk mendapatkan brevet kehormatan Kopassus.

"Panglima TNI Gatot Nurmantyo, saat menjabat KSAD, sebenarnya mudah dan berhak mendapatkan brevet kehormatan Kopassus yaitu brevet komando setiap pejabat kepala Angkatan Darat," kata Kepala Penerangan Kopassus, Letkol Joko, Rabu (26/7). Pada dasarnya, seorang KSAD secara otomatis langsung mendapatkan brevet Kopassus sebagai tanda penghargaan. Tapi, Menurut Joko, Gatot lebih memilih mendapatkan brevet itu dengan cara dan usaha sendiri.

Menurut Joko, Pak Gatot, tidak mau menerima begitu saja brevet Kopassus sebagai warga kehormatan. Sang jenderal itu, lebih memilih mengikuti latihan dan pendidikan komando bersama prajurit lainnya. Gatot mengikuti pendidikan itu, selama sekitar tiga minggu dari waktu yang semestinya selama tujuh bulan.

"Setiap hari, beliau bangun pagi jam 02.00 WIB, senam senapan, berendam di air, kemudian jalan dan mendayung perahu. Itu pak Gatot lakukan selama sekitar dua atau tiga minggu. Saat selesai pendidikan dan latihan, beliau baru mau disematkan brevet komando Kopassus," tutur Joko.

Sekarang, Gatot Nurmantyo menjadi Panglima TNI setelah dilantik, tanggal 8 Juli 2015 lalu. Tugas Gatot menjaga NKRI sangat berat, lantaran sekitar 1.340 suku serta 17 ribu pulau, harus dia awasi dengan ketat, ditengah-tengah bujet yang minim.

Menurut Gatot, eksistensi TNI tidak bisa dipisahkan dari peran rakyat dan ulama. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) 2014-2015 ini, juga menuturkan, tentang peran Jenderal Soedirman dalam masa kemerdekaan Indonesia.

"Tahukah saudara siapa Jenderal Soedirman? Beliau adalah santri. Beliau bekerja menjadi guru dan kemudian menjadi kepala sekolah, maka tak heran kalau sebagian orang memanggil beliau Pak Dir, sebagian lainnya memanggil beliau, Kiai Soedirman," tutur Gatot dalam sebuah kesempatan. Gatot mengungkapkan, Jenderal Soedirman merupakan sosok yang saleh. Bahkan diakuinya, ketika beliau bergerilya ke hutan, beliau tidak pernah berhenti dzikir.

Dalam sebuah kesempatan dialog acara TV, Gatot berujar bahwa tidak etis bagi dirinya untuk berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia.
"Saya sekarang Panglima TNI. Menurut saya, bermimpi jadi presiden tidak etis," kata Gatot (21/7). Gatot menambahkan, TNI berada di bawah komando presiden dan wakilnya. Oleh karena itu, menjadi tidak tepat jika dirinya berniat menjadi pemimpin, saat masih aktif menjabat panglima TNI.

Padahal, sebelumnya, politisi dari partai Nasdem, Effendy Choirie, sudah mempertimbangkan Gatot Nurmantyo, bila pensiun Maret 2018 mendatang, dia akan diajukan untuk mendampingi Presiden Joko Widodo. "Saya ini dilantik sebagai Panglima TNI, dan setiap Panglima disumpah untuk taat pada atasan," ujar Gatot Nurmantyo.(wwn/DBS)