
Boyle, 34, memberikan pernyataan tersebut sesaat setelah mendarat di Toronto, Kanada, pada Jumat (13/10) malam waktu setempat atau Sabtu WIB. Dia datang bersama istrinya, Caitlan Coleman, 31, dan tiga anak mereka.
Pasangan tersebut diselamatkan setelah lima tahun diculik oleh jaringan ekstremis yang terkait dengan Taliban saat keduanya sedang melakukan backpacking ke negara konflik itu. Saat penculikan Coleman sedang hamil.
Boyle mengatakan sejatinya mereka memiliki empat anak. Tetapi, seorang anak mereka, yang berjenis kelamin perempuan, dibunuh oleh militan. Padahal saat itu anaknya masih bayi. Dia juga mengatakan istrinya diperkosa oleh seorang penjaga yang dibantu oleh atasannya. "Saya meminta pemerintah Afghanistan membawa mereka ke pengadilan," katanya.
Tidak dijelaskan oleh Boyle, anak nomor berapa yang dibunuh oleh militan. Namun, saat kali pertama menjejakkan kaki di Afghanistan, Coleman dalam kondisi mengandung anak pertama mereka.
Pria yang terlihat lebih ramping dibanding lima tahun uang lalu itu mengaku kalau mereka berada di Afghanistan untuk membantu penduduk desa yang tinggal jauh di pedalaman Afghanistan yang dikuasai Taliban. Di sana tidak ada LSM, tidak ada pekerja bantuan, dan tidak ada pemerintah yang berhasil memberikan bantuan.
Di pesawat dari London, Boyle memberikan pernyataan tertulis kepada The Associated Press yang mengatakan bahwa keluarganya memiliki ketahanan dan tekad yang tak tertandingi. Dalam wawancara singkat di pesawat, Coleman, yang berasal dari Stewartstown, Pennsylvania, duduk di kelas bisnis. Dia mengenakan jilbab berwarna cokelat.
Coleman mengangguk tanpa kata-kata saat dia mengkonfirmasi identitasnya kepada seorang reporter. Di dua kursi di sampingnya ada dua anak sulungnya. Di kursi di luar itu Boyle, dengan anak bungsu mereka di pangkuannya. Boyle mengatakan kalau salah satu anaknya kurang gizi dan butuh bantuan medis.
Seperti diberitakan sebelumnya, setelah lima tahun mereka menjadi tawanan militan di Afghanistan, keluarga kecil ini akhirnya dibebaskan. Sang ibu yang berdarah Amerika, suaminya yang berasal dari Kanada, dan ketiga anak mereka berhasil diselamatkan.
Kebebasan mereka mengakhiri cobaan yang disebut oleh pasangan itu sebagai mimpi buruk Kafkaesque. Pasukan Pakistan, yang beroperasi dengan intelijen AS, menyelamatkan kelimanya setelah menemukan mereka di daerah pegunungan Kurram Valley yang berbatasan dengan Afghanistan.
Pasangan tersebut diculik di Afghanistan pada tahun 2012 dan diyakini ditanah oleh jaringan Haqqani, sebuah kelompok yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS.
Boyle mengatakan kepada ayahnya bahwa operasi penyelamatan berlangsung dramatis. Keluarga tersebut dimasukkan ke dalam bagasi mobil sebelum diselamatkan. Kata-kata terakhir yang Boyle dengar adalah "bunuh para sandera" sebelum baku tembak meletus.(*)
(tia/CNN/Reuters/BBC/JPC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar