
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang anak di Afghanistan diberi nama Donald Trump oleh orang tuanya. Donald Trump asal Afghanistan ini lahir pada 3 September 2016. Saat itu bertepatan dengan musim kampanye pilpres AS antara Donald Trump dan Hillary Clinton.
Dilansir The New York Times, Kamis (15/3), Donald Trump merupakan anak ketiga dari Jamila dan Sayed Assadullah. Ia lahir di distrik Shahristan jauh di dalam provinsi Daikundi di Afghanistan tengah.
Ia diberi nama Donald Trump karena kekaguman ayahnya terhada politisi partai Republik tersebut.
Ibu Trump, Jamila menuturkan, saat masih berada dalam kandungan, Donald Trump begitu sensitif. Saat ibunya sedang merasa tertekan, Trump akan ikut resah. Ia terus bergerak dan menendang perut ibunya.
Trump lahir tanpa dibantu perawat atau bidan. Ibunya hanya ditolong oleh tetangga mereka saat waktu kelahiran. Bayi yang baru lahir itu tenang. Dia memiliki rambut pirang.
Ayah Donald Trump, Asadullah berasal dari keluarga petani miskin. Tapi dia memperoleh gelar sarjana, dan telah membaca buku-buku Trump. Ia sering memperhatikan Trump di televisi.
Dengan menamai anaknya Donald Trump, Asadullah berharap anaknya dapat menjadi pengusaha real estat dan bintang televisi terkenal seperti presiden AS tersebut.
Keputusan untuk memberi nama non-Muslim terhadap anaknya telah membuat kerabat Assadullah sangat marah. Ini membuat keluarga Assadullah merasa tidak lagi diterima di desanya di Daikundi, dan pindah ke sebuah rumah kontrakan di Kabul.
"Saya membaca buku Trump 'How to Get Rich'. Lalu saya membaca tentang latar belakangnya: tentang bagaimana dia membangun Menara Trump, bagaimana dia menjadi pemimpin partai. Saya mengerti bahwa dia adalah seorang pekerja keras. Saya pikir jika saya menamai anak saya Donald Trump, maka itu akan mempengaruhi kepribadian anak saya, perilakunya," katanya.
Assadullah mengatakan kemiripan fisik anaknya semakin menambah keyakinannya untuk memberi nama Donald Trump pada putranya tersebut.
"Ketika anak saya lahir, rambutnya benar-benar pirang, dan itu cocok dengan rambut Trump. Jadi ketika saya melihat rambutnya, saya berpikir, 'Saya akan menamainya Trump," ujarnya.
Berdasarkan tradisi Afghanistan, bayi yang baru lahir tidak memiliki nama selama 10 hari sejak kelahirannya. Kakek-nenek nya akan memyebutkan kata pertama untuk namanya. Assadullah ingin keluar dari tradisi tersebut.
Ketika Assadullah mengumumkan nama anaknya, keluarganya pertama kali mengejek keputusan tersebut. Lalu ejekan berubah menjadi amarah.
"Ketika saya menamai anak saya Donald Trump, mereka tidak senang. Mereka mengatakan kepada saya, 'Bagaimana Anda bisa memilih nama orang kafir untuk anakmu?," kata Assadullah.
Sejak saat itu hubungan Assadullah dengan keluarganya menjadi tidak akur. "Ayah saya adalah orang yang pemarah. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak dapat mentolerir fakta bahwa saya memanggil anak saya Donald Trump. Jadi saya pergi dan memindahkan keluarga saya ke Kabul," tambahnya.
Kisah Donald Trump yang berusia satu setengah tahun ini, sebagian besar tetap menjadi kisah pribadi keluarga mereka. Bahkan setelah keluarga tersebut pindah ke Kabul. Namun baru-baru ini, salinan ID nasional anak Assadullah mulai beredar di media sosial. Assadullah mengatakan salinan itu disebarkan oleh pegawai departemen pendaftaran penduduk tanpa seizinnya.
Di kantor pemerintah di Kabul yang bertanggung jawab untuk memverifikasi ID dari provinsi lain, Assadullah mengatakan dia diperlakukan dengan tidak hormat. Dia bahkan diancam dikirim ke agen intelijen Afghanistan untuk diinterogasi karena menamai anaknya Donald Trump.
"Ketika saya pergi ke sana, pegawai departemen melihat namanya dan mereka bertanya kepada saya, 'Apa ini? Donald Trump? 'Saya bilang iya, adakah masalah? "Kata Assadullah.
Kritikus mengatakan Assadullah menamai anaknya dengan Donald Trump untuk menarik perhatian dan mencari suaka di luar negeri. Namun Assadullah menolak gagasan itu. Ia mengaku tidak pernah menginginkan identitas anaknya menjadi konsumsi publik.
Berita tentang nama Donald Trump ini menyebar begitu cepat di Afghanistan. Akibatnya, keluarga lain juga ikut menuturkan kisah serupa.
Ghulam Ali Paiman yang juga berasal dari Shahristan di Daikundi, mengatakan dia memiliki anak kembar hampir dua tahun yang lalu. Ia menamai anak itu Vladimir Putin dan Barack Hussein Obama.
Tapi menurutnya ada perselisihan antara ia dan istrinya. Istrinya ingin menamai anak kembar tersebut Vladimir Putin dan Donald Trump. Namun cerita Paiman sulit untuk diverifikasi.
Paiman mengirim salinan kepada The New York Times akta kelahiran anaknya. Akta tersebut baru dikeluarkan rumah sakit pekan ini. Direktur rumah sakit tersebut mengkonfirmasi bahwa mereka menerbitkan akta kelahiran baru-baru ini. Namun dia tidak dapat menemukan anak-anak dengan nama Putin dan Trump yang lahir dua tahun lalu.
Secara tradisional, kebanyakan keluarga menamai anak mereka pada hari keenam setelah meninggalkan rumah sakit.
"Ini adalah pertama kalinya saya mendengar si kembar bernama Trump dan Putin. Aku kenal sang ayah. Saya belum pernah mendengar kabar darinya atau siapapun yang menamakan kembarannya dengan Trump dan Putin,"
kata gubernur distrik Shahristan, Shafaq Yaqoobi.
Namun dia mengaku telah mendengar kisah tentang Donald Trump yang ayahnya Sayed Assadullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar