Ketika masih kecil, Shaarook menghabiskan berjam-jam menatap lensa teleskop bersama ayahnya, Mohamed Farook, seorang profesor dan ilmuwan kenamaan India.
Sayang, sang ayah meninggal saat Sharook berada di sekolah dasar. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat gadis muda tersebut untuk terus mempelajari ilmu antariksa.
Saat menginjak remaja, dia bergabung dengan Space Kidz India, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mengasuh anak muda dengan semangat akan teknologi.
Dia membentuk tim enam orang dan mendedikasikan empat tahun ke depan untuk membuat satelit, di bawah bimbingan pendiri dan direktur organisasi tersebut.
Setiap malam, para remaja tersebut mendiskusikan berbagai ide dalam video call, dan seringkali berlangsung hingga pukul 4.30 pagi. Hasilnya, mereka sukses menciptakan KalamSat, yakni satelit dengan bobot paling ringan di dunia.
Satelit ini hanya memiliki berat 64 gram, dan berbentuk kotak seluas 3,8cm yang terbuat dari plastik cetak tiga dimensi, dan diperkuat dengan serat karbon.
Komponen ini berisi beberapa jenis sensor, termasuk yang mengukur suhu, magnet, ketinggian dan ketegangan pada struktur saat meluncur ke angkas aluar.
Perangkat ini juga memiliki sumber tenaga dan komputer kecil, untuk menghidupkan semua sensor pada saat yang tepat, sekaligus untuk menyimpan datanya.
Rencana lanjutan Sharook dan teman-temannya adalah menerbanhgkan KalamSat ke sub-orbit, untuk menguji kinerja plastik bertulang dalam gravitasi mikro.
Setelah mencapai tujuan orbitnya, satelit ini hanya menghabiskan 12 menit untuk mengumpulkan data, sebelum jatuh kembali ke Bumi dan mendarat di laut.
Pada 22 Juni 2017, perangkat ini berhasil diluncurkan di fasilitas Pulau Wallops milik NASA di negara bagian Virginia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar