Situs Jambansari Ciamis merupakan peninggalan kawasan pemakaman Bupati Galuh Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat. Letaknya berada pusat perkotaan yakni di Kelurahan Ciamis Kecamatan Ciamis. Di lokasi ini terdapat sebuah Situs Jambansari yang hingga kini masih digunakan untuk turun mandi bagi pengantin yang akan menikah maupun anak laki-laki yang akan disunat.
"Disini ada sumber mata air yang disebut Jambansari. Airnya dipercaya memiliki berkah bagi siapa saja yang mandi atau bersuci di sumber mata air ini, ataupun tidak mandi disini air bisa dibawa. Juga dipercaya bisa menyembuhkan penyakit," ujar Juru Kunci Situs Jambansari, Nandang Sembada saat ditemui detikTravel di lokasi Situs Jambansari, Selasa (20/3/2018).
Kolam renang untuk pemandian (Dadang Hermansyah/detikTravel) |
Awalnya Situs Jambansari ini merupakan tempat gazebo atau taman yang digunakan Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat saat memerintah Kabupaten Galuh pada tahun 1839-1886. Tempat itu biasa digunakan untuk mencari inspirasi dan beristirahat oleh Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat. Bahkan saat itu diberi namanya Gunung Sirnayasa.
Di lokasi yang cukup luas ini, terdapat sebuah sumber mata air dengan volume air yang cukup melimpah. Sehingga dibangun pemandian yang cukup besar dengan empat buah pancuran, maka disebut sebagai jamban.
Makan Raden Adipati Koesoemadiningrat (Dadang Hermansyah/detikTravel) |
Raden Adipati Koesoemadiningrat atau Kanjeng Eyang ini pernah berwasilah di sumber mata air tersebut, barang siapa rahayat kami sekadipaten Galuh datang ke Jambansari dan mandi di sumber mata air, maka menjadi obat untuk segala penyakit.
"Jadi Jambansari ini berasal dari yang maha kuasa, menjadi amal untuk Kanjeng Eyang, siapa saja yang mendapat kemuliaan maka harus yakin, menjadi obat penyakit," jelas Nandang.
Jadi sejak dulu warga melakukan turun mandi saat akan menikah atau sunatan supaya mendapat barokah. Bahkan setiap bulan Muharam dan Maulud Situ Jambansari turis domestik dari wilayah Ciamis dan daerah sekitar datang ke Situs Jambansari.
"Selain berziarah, sebelumnya orang pada mandi disini, kemudian berziarah ke makam kanjeng eyang," ungkapnya.
Hutan Waregu (Dadang Hermansyah/detikTravel) |
Seiring waktu, Situ Jambansari ini mengalami penyempitan tidak luas seperti dulu. Bahkan terlihat seperti tidak terurus.
"Situs Jambansari ini mulai menjadi pemakaman setelah Kanjeng Eyang wafat, karena berpesan untuk dimakamkan disini," katanya.
Konon katanya, untuk menjaga Situs Jambansari tersebut ada dua harimau gaib bernama Maneca dan Maneci yang sewaktu-waktu menampakan diri. Karena Kanjenh Eyang dipercaya bisa dipercaya bisa berintersksi dengan onom atau hal gaib.
Di dalam Situs Jambansari juga terdapat hutan kecil dinamakan hutan waregu karena dipenuhi dengan pohon waregu. Hutan itu difungsikan untuk menyembunyikan batu-batu peninggalan yang diduga jaman hindu budha.
Karena batu peninggalan seperti menhir, lingga waktu itu kerap dijadikan pemujaan oleh masyarakat. Tapi sebagian batu tersebut telah diamankan di Museum Galuh.
"Kumpulan atau hutan waregu itu dipercaya memiliki energi astral yang begitu besar," ucap Nandang.
Sebagai Juru Kunci Situs Jambansari Nandang berharap Situs yang berada di pusat kita ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah. Karena Situs ini sebagai tempat peninggalan bersejarah kejayaan Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat.
(sym/aff)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar