Rabu, 21 Maret 2018

Kisah Tukang Becak Asal RI yang Kini Sukses di New York

New York - Tampil klimis, bersih, necis dengan bluetooth earphone yang nyaris tak pernah lepas dari telinga. Begitulah perawakan seorang Andri Suprayitno, seorang warga negara Indonesia yang kini tinggal menetap di New York, Amerika Serikat (AS).

Sesekali, ia melempar joke atau guyonan khas yang membuat deretan gigi putihnya terlihat. Sambutan hangat itu membuat Saya melupakan cuaca dingin kota New York, 4 derajat Celcius, pada akhir pekan lalu. Tidak sekadar di awal pertemuan saat kaki di pintu keluar Bandara John F.Kennedy, namun sampai akhir petualangan empat hari di kota itu.

"Dulu saya bukan siapa-siapa," kata Andri Suprayitno kepada detikFinance saat ditemui di kawasan Brooklyn, AS, pekan lalu.

Dilahirkan di Malang dan dibesarkan di Bandung, Andri mewarisi darah perantauan sang ayah yang asal Padang, Sumatera Barat. Selepas lulus kuliah di STP-NHI Bandung, ia bekerja di sebuah restaurant di Dago Atas Bandung.

Sekaligus, dia sempatkan untuk ambil kursus pramugara. Tidak lain karena ia senang bekerja dengan gaya traveling.

"Ketika kuliah, teman yang berada di Amerika, posting di 'friendster'. Dia cerita mampu membeli mobil sendiri yaitu Minivan Caravan. Saya sangat terinspirasi dengan post tersebut dan saya akan mengikut jejaknya," ucapnya.

Mewujudkan mimpi lama itu, Andri kemudian mendaftarkan diri bekerja di AS pada situs online. Tak berapa lama, ia dinyatakan diterima dan memperoleh visa H2B atau nonagricultural and temporary job. Sebagai catatan, memperoleh visa ini tidak mudah karena seleksi ketat dari pihak kedutaan AS, apalagi dengan bahasa Inggris belepotan saat itu.

Dan petualangan sebenarnya dimulai ketika ia mendarat kali pertama di Denver, Oktober 2005. Ia sempat menjadi housekeeper dengan gaji $3.50 per jam. Lalu mengambil kerja sampingan sebagai busboy dan lain waktu sebagai waiter.

Pada 2009, setelah ia memperpanjang visa, ia kembali ke AS dan bekerja sebagai juru masak khusus sarapan pagi di New Orleans. Malam harinya, ia nyambi di bagian vallet parking.

"Sangat membosankan karena saya stay di area parkir 8 jam. Tetapi kesukaannya, saya mengendari mobil mewah seperti Hummer, Ferarri dan Lamborghini," tandasnya.

Setahun kemudian, ia pindah ke New York, masih dengan pekerjaan yang sama menjadi pelayan restauran. Di kota ini pula, ia sempat nyambi sebagai penarik becak (pedicab wheels) di kawasan Central Park.

"Pekerjaan paling sehat, tidak polusi, menyenangkan dan hasilnya lumayan," kata Andri.

Karirnya mulai berubah keika ia banting stir dengan bergabung bersama biro travel setempat. Ia mulai mengenal banyak orang dan melihat celah bisnis yang lebih luas. Andri mengubah pekerjaan yang dulunya berbasis keterampilan dan jasa, lalu beralih kepada keahlian, pelayanan, jaringan, dan lobi-lobi.

Lagi-lagi, Andri tidak puas dengan bekerja kepada orang lain. Pada 2016, ia memilih untuk usaha sendiri menjadi agen perjalanan dengan modal US$. 3.000.

"Untuk down payment kendaraan mini van dan pembayaran surat ijin pembuatan company di US," kata Andri bersemangat.

Saat ini, ia memiliki klien dan pelanggan dari berbagai segmen. Dari kalangan turis biasa, para bos perusahaan ternama di tanah air, artis dan sutradara film, tamu konsulat KJRI, sampai mengantar menteri yang sedang kunjungan kerja ke negeri Paman Sam. Namun, ia tak membeda-bedakan tamunya.

"Bagi saya, semua tamu VVIP. Service sama. Ke mana saja ayo. Dan yang pasti, rahasia dijamin," ucap pria yang masih single ini.

Rahasia yang ia maksud adalah lokasi tujuan, nama-nama rombongan dan apa-apa saja yang terjadi dalam perjalanan itu. Sebab, tidak bisa dipungkiri, lokasi maupun apapun yang terjadi dapat menjadi isu sensitif atau dapat merusak reputasi tamu di tanah air.

"Saya yang nganter Annisa Hasibuan (bos First Travel yang sedang diadili di PN Depok) keliling New York. Andika (suami Annisa) juga saya. Setelah kasusnya meledak, saya ditelpon wartawan-wartawan Indonesia ingin tahu lokasi, gaya hidup dan tempat-tempat yang disinggahi. Saya bilang, maaf saya nggak bisa menjawab. Itu rahasia klien. Tidak bagus buat bisnis (kalau dibuka)," kata Andri.

Dengan menjaga prinsip kepercayaan tersebut, ia semakin berkibar dan yakin mampu menundukan New York. Tentu, tanpa harus lupa kacang akan kulitnya, mengenang masa-masa sulit satu dekade silam.

"You are not going to appreciate your success if you never started from below. (Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah)," ujar Andri.

Andri Suprayitno di New YorkAndri Suprayitno di New York Foto: Ari Saputra

(Ari/eds)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search