Minggu, 11 Maret 2018

Lika-liku Kisah Perempuan yang Mengejar Cowok Bule Hingga ke Bali

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA -"Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai."

Kutipan ucapan Nyai Ontosoroh dalam novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer itu mungkin cukup tepat untuk merangkum pendapat Nia Dinata, seorang sutradara yang kini sedang memproduseri film 'Kenapa Harus Bule?'.

Menurut Nia, perempuan harus mandiri dan independen, termasuk dalam menentukan pasangan hidupnya. Dalam film `Kenapa Harus Bule?`, fenomena perempuan yang gandrung mengejar cowok bule menjadi sorotan.

"Perempuan harus independen dalam menentukan pasangan hidupnya, bukan didikte oleh gengnya. Misalkan gengnya pacaran sama bule, dia ikutan pacaran sama bule. Menurut aku, perempuan harus bisa memilih pilihannya secara mandiri," ucap Nia saat jumpa media di Legian, Kuta, Sabtu (10/3).

Film 'Kenapa Harus Bule?' mengisahkan tentang seorang perempuan Indonesia bernama Pipin Kartika (Putri Ayunda) yang terobsesi untuk menggaet bule sebagai pasangan hidupnya.

Berbagai macam cara dilakukannya. Dari mulai mencari  melalui aplikasi dating (kencan) online hingga berburu bule di bar-bar ibukota Jakarta.

Karena mentok dan tak menemukan bule, atas saran kawannya Arik (Michael Kho), Pipin kemudian pindah ke Bali.

Lahir sebagai perempuan berkulit gelap, rambut kusam, dengan dandanan yang menor membuat Pipin sering diejek buruk rupa.

Standar cantik di Indonesia yang seringkali hanya ditentukan lewat kulit putih nan mulus dan gaya rambut berkat perawatan produk-produk kecantikan, membuat Pipin terpukul.

Maka, niat menjadikan bule sebagai gebetan semakin menggebu-gebu. Terlebih lagi ada pandangan yang menyebut bahwa bule lebih menghargai jenis kecantikan yang unik, yang eksotis.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search