Merdeka.com - Kisah tentang anggota Korps Bhayangkara ini pernah ramai diperbincangkan publik. Meski sama-sama memilih sebagai pengayom masyarakat di bidang lalu lintas, namun pelajaran hidup yang bisa dipetik dari perjalanan hidup mereka berbeda.
BERITA TERKAIT
Pertengahan pekan ini, ramai video Polantas memalak pengemudi sepeda motor. Nilainya yang diminta ratusan ribu. Namun karena tak sesuai Polantas malah mengeluarkan kata-kata tak pantas. Padahal, dalam video itu dia masih lengkap menggunakan seragam Polantas dan tengah berdinas.
Peristiwa itu terjadi di Jalan Bandengan Utara, Penjaringan, Jakarta Utara. Cukup dekat Kota Tua. Reza, pekerja garmen berniat mengantar kain bahan bordir dari dengan sepeda motor.
Tepat di tikungan motornya disetop petugas yang sedang menggelar Operasi Keselamatan Jaya 2018. Dia kemudian ditilang. Alasan pertama karena motornya membawa barang melebihi muatan. Reza sudah menunjukkan SIM dan STNK. Tapi tak cukup membebaskannya dari pelangggaran sebelumnya. Apalagi dia akuinya STNK-nya memang telah habis.
Lucunya, Reza bukan sekadar ditilang. Motornya ikut dibawa Polantas. Seorang Polantas mengendarai motornya, Reza sendiri duduk di boncengan Polntas lainnya.
"Dalam perjalanan saya, tiba-tiba polisinya minta Rp 300.000. Saya bilang cuma punya Rp 50.000. Akhirnya diturunin jadi Rp 150.000. Saya bilang nggak ada, saya cuma ada Rp 50.000 itu juga buat makan," kata Reza.
Dianggap tak menuruti permintaan, Reza malah dikatai dengan kata-kata kasar. "Polisinya kesal dan langsung katain saya anjing. Saya tanya dong maksudnya apa. Lalu barang saya diturunin, motornya dibawa sama polisi. Saya nggak jadi dibawa ke kantor polisi tapi malah diturunin di tengah jalan," jelas dia.
Video itu cepat tersebar di dunia maya. Mapolda Metro Jaya sebagai tempat Polantas bertugas langsung sigap menindaklanjuti. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Idham Azis, memutasi Polantas tersebut. Tak cuma dimutasi, polisi tersebut juga disel selama pemeriksaan.
"Sudah saya tindak anggotanya dan saya mutasi," ujar Idham saat dikonfirmasi, Rabu (7/3) malam.
Kisah Polantas melakukan pungli dan berkata kasar pada warga, berbanding terbalik dengan kesantunan dan ketegasan dua Polantas ini. Keduanya juga pernah viral dan banyak dipuji.
Bripka Ase Kusuma sehari-hari bertugas di kawasan Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Usianya sudah tak lagi muda. Wajar saja, masa tugasnya sudah 29 tahun.
Selama menjalankan tugas, Bripka Ase dikenal warga sebagai polisi sabar dan sopan. Warga yang sering lalu lalang di kawasan Cipanas sudah tahu betul sosok Bripka Ase. Sejumlah warganet pernah membagikan kisah mereka tentang pengabdian Bripka Ase saat bertugas sebagai Polantas.
Saking kagumnya melihat sosok Bripka Ase, sempat muncul gerakan "Hadiah Lebaran Untuk Pak Ase" yang digagas warga Cipanas, Andi Lukman. Hadiahnya, umrah ke Tanah Suci. Selain umrah, Bripka Ase juga mendapatkan uang tunai Rp 14 juta dari warganet. Hadiah itu diserahkan di Lapang Istana Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Juni 2017 silam. Terpancar wajah haru dan bahagia di wajah Bripka Ase kala itu.
Ada lagi kisah Aiptu Jailani. Sosok yang Polantas yang bertugas di Gresik, Jawa Timur ini sangat ditakuti pengendara. Dia dikenal tegas dan tak mau kompromi. Kendaraan melanggar tetap dia tilang sesuai kesalahannya.
"Jangankan masyarakat biasa, anggota polisi hingga pejabat di lingkungan Pemkab Gresik pun, pernah dihadiahi surat tilang oleh Jaelani," cerita Kumara, warga Gresik yang sudah akrab dengan sosok Aiptu Jailani.
Berkat kedisiplinan dan keteguhannya menolak suap itulah, Jailani pernah menerima sejumlah penghargaan. Dia pernah menerima penghargaan sebagai polisi teladan di Gresik dari komunitas seniman Cager pada tahun 2011 dan penghargaan dari salah satu media massa dengan kategori yang sama.
Selain itu, Jailani juga pernah menerima penghargaan dari Polda Jawa Timur sebagai anggota Polantas yang memiliki kredit point atas buku tilang terbanyak, yaitu 2.400 lembar surat tilang terhadap masyarakat yang melanggar lalu lintas.
"Bagaimana tidak banyak, wong istrinya sendiri saja pernah ditilangnya. Apalagi masyarakat yang bukan sanak bukan kadhang (tak ada hubungan famili), jangan harap bisa lolos dari surat tilang Jailani," ketus Widya, perawat RS Semen Gresik.
Meski sering menilang pengendara, pada dasarnya Jailani dikenal sosok polisi yang baik. Dia menegaskan apa yang dilakukannya semata-mata menjalankan tugas. Meskipun dia sadar banyak orang yang tak suka.
"Saya PD saja. Saya tidak pernah merasa kalau saya bertindak seperti ini akan dianggap salah dan dijauhi banyak orang. Kalaupun saya harus menilang siapa saja yang melanggar, saya pasti menjelaskan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan si pengendara. Jika mereka paham dengan tugas dan tanggung jawab saya, saya yakin mereka akan mengerti," cerita Aiptu Jailani pada merdeka.com April 2013 silam.
Di tengah ulah Polantas pungli yang tengah viral, kisah dan pengadian Bripka Ase dan Aiptu Jailani menunjukkan masih ada pengayom masyarakat yang siap bekerja profesional tanpa imbalan. [ded]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar