BANGKAPOS.COM -- Jumiatun alias Umi Delima meninggalkan senjata laras panjang M16 setelah suaminya, almarhum Santoso, tewas dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala 2016 pada Senin (18/7/2016) pekan lalu.
Jumiatun ditangkap oleh tim Tinombala saat hendak mencari makan di Poso, Sabtu (23/7/2016) lalu.
Jika kondisi kesehatannya sudah pulih, maka Jumiatun akan dibawa kembali ke hutan untuk menunjukkan lokasi senjata M16 yang ditinggalkannya.
"Waktu suaminya tertembak oleh tim Satgas Tinombala, dia disuruh Santoso membawa senjata itu. Mungkin karena berat, dia tinggalkan di hutan," kata Kepala Polda Sulawesi Tengah Rudy Sufahriadi, Senin (25/7/2016) di Palu, Sulawesi Tengah.
Ia mengatakan, saat meloloskan diri dari kejaran aparat bersenjata, Jumiatun terpisah dari kelompok Basri dan Ali Kalora.
Ia mengaku menyaksikan langsung suaminya ambruk lalu tewas setelah ditembak aparat Satgas Tinombala pada 18 Juli 2016.
Santoso bahkan masih sempat berbicara dengan Umi Delima sebelum mengembuskan napas terakhir. Saat itulah Umi Delima mengambil senjata jenis M16 milik suaminya dan melarikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar