Senin, 25 Juli 2016

Kisah Perburuan Santoso Dalam Lebat Hutan Derasnya Hujan

POSO – Perburuan kelompok Santoso di hutan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah, dilakukan di lokasi-lokasi yang umumnya sulit di jangkau masyarakat biasa.

Bergerak di antara hutan saat hujan deras, baku tembak dengan anggota Santoso, makan bersama di atas daun pisang, serta melalui medan-medan berat yang kadang membuat petugas tergelincir, adalah sebagian dari suka duka yang dialami pasukan dalam memburu kelompok Santoso yang telah dilakukan dalam 10 rangkaian operasi sejak 2013.

Dalam video amatir yang diperoleh wartawan dari Satuan Tugas Operasi Tinombala 2016, memperlihatkan beratnya tantangan medan yang dialami oleh pasukan TNI-Polri dalam memburu kelompok bersenjata itu. Perburuan kelompok Santoso dalam Operasi Tinombala 2016 dilakukan di hutan pegunungan yang membentang seluas 2.400 hingga 2.600 hektare.

Wilayah hutan pegunungan yang menjadi wilayah pelaksanaan Operasi Tinombala 2016 meliputi setidaknya tujuh wilayah kecamatan di Poso, yaitu Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan, Kecamatan Lore Utara, Lore Timur, Lore Tengah, dan Lore Peore. Lokasi-lokasi itu juga berbatasan dengan dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi.

Sejak Operasi Camar Maleo 1,2, 3 dan 4 bahkan hingga operasi Tinombala 2016 yang melibatkan ribuan personel gabungan TNI-Polri, medan hutan pegunungan adalah tantangan terbesar untuk memburu kelompok Santoso.

Salah satu video memperlihatkan peristiwa baku tembak antara anggota Brimob dengan sekelompok orang yang diduga sebagai anggota kelompok Santoso di pagi hari saat kabut masih menyelimuti lokasi tersebut. Setelah baku tembak, pasukan bergerak untuk menguasai sebuah pondok di antar hutan yang beratapkan terpal. Di situ pasukan menemukan benda peralatan memasak yang ditinggalkan oleh para pelaku yang melarikan diri.

Tidak dijelaskan kapan video ini diambil namun disebutkan saat Operasi Camar Maleo IV. Beratnya medan hutan pegunungan menjadi tantangan berat untuk pergerakan pasukan di lapangan di mana mereka terus berpatroli melewati medan-medan berat bahkan di saat hujan deras mengguyur.

Baju dinas basah dan kering di badan. Tergelincir saat mendaki lereng yang terjal, makan bersama di atas selembar daun pisang adalah bagian dari kisah perjuangan aparat dalam tugas berat mereka memburu kelompok Santoso.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah, AKBP Hari Suprapto dalam sebuah keterangan di Poso mengatakan, pasca-kematian Muchtar dan pimpinan utama kelompok itu yaitu Santoso serta tertangkapnya Jumiatun Muslim istri kedua Santoso, menjadi pukulan telak yang semakin melemahkan kelompok teroris yang kini tinggal berjumlah 18 orang.

"Sementara di sisi yang lain, moral pasukan dalam kondisi yang semangat yang tinggi untuk melanjutkan operasi pencarian sisa dari kelompok tersebut," terang Kabid Humas.

Konsentrasi perburuan kelompok Santoso dilakukan di wilayah hutan pegunungan Desa Tambarana, Kilo, Tamanjeka, hingga Tangkura yang berada di Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir, dan Poso Pesisir Selatan. Ada sejumlah target penting dari 18 orang sisa kelompok santoso yaitu Basri dan Ali Kalora.

Sementara itu, imbauan untuk menyerah terus disuarakan oleh Satgas Operasi Tinombala 2016 yang meminta sisa dari kelompok Santoso untuk menyerah secara baik-baik. Mereka dijanjikan akan diperlakukan dengan baik, dan diproses hukum sesuai undang undang yang berlaku serta fasilitas bagi keluarga para DPO selama proses hukum dilakukan.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search