Selasa, 26 Juli 2016

Tari Kambaran, sebuah kisah legenda Batu Buaya di Tanah bumbu

Merdeka.com, Tanah Bumbu - Seni tari merupakan ungkapan jiwa yang diwujudkan dalam gerakan tubuh. Selain menyehatkan badan, seni tari juga bisa sebagai sarana dalam mengambarkan suatu kisah legenda pada masa lampau pada daerah tersebut.

Salah satunya kreasi Seni Tari Kambaran, yang berhasil mengantarkan Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, meraih Juara I tingkat Nasional, pada event APKASI, di Jakarta beberap waktu lalu

Tari Kambaran adalah bentuk kreasi tari yang menceritakan dua orang yang dilahirkan kembar, dengan wujud berbeda. Sang kakak berwujud buaya, sang adik berwujud manusia. Karena malu sang kakak dibuang dilaut oleh orang tua mereka.

Walaupun dibuang, sang kakak tetap memberikan kasih sayang kepada kedua orang tua dan adiknya. Sang kakak hadir dalam waktu - waktu tertentu dalam wujud manusia. Dia selalu menjaga dan memberikan nasihat kepada adiknya.

Sang kakak melarang adiknya berbuat tidak baik, namun kehadiran sang kakak tidak diharapkan sang adik, bahkan perlakuan kasar kerap diterimanya. Dengan berat hati, akhirnya sang kakak memutuskan pergi selamanya, dengan tetap menyimpan kasih sayang.

Kini tinggalah penyesalan yang dirasakan sang adik, karena sebenarnya sang adik menyayanginya dalam wujud apapun. Namun, karena keangkuhannya, dia sekarang tidak  bisa bertemu lagi dengan kakak kembarnya, dalam wujud manusia bahkan dalam wujud buaya.

Konon menurut legenda, kemunculan karang disaat air laut surut menyerupai seekor buaya yang sedang berjemur ditengah laut, adalah jelmaan dari kakak kembarnya.

Karang yang menyerupai buaya tersebut, sampai sekarang bisa dilihat dan ditemui di saat air surut di pesisir laut Desa Sungai Cuka, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalsel. Masyarakat mengenalnya batu Buaya, dan sekarang menjadi salah satu tempat wisata yang terkenal di Tanbu.

Dari tarian Kambaran tersebut, kita bisa mengambil hikmahnya, sebagai manusia kita tidak harus membalas kebencian dengan rasa kebencian juga, agar kita bisa hidup berdampingan, saling menyayangi dan menghormati, meski ada perbedaan yang menghalangi.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search