PELUNCURAN BUKU: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menceritakan pengalaman lucu dan unik saat peluncuran buku di Candi Gunung Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Sabtu petang. (suaramerdeka.com/Habib Shaleh)
MAGELANG, suaramerdeka.com – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terpeleset saat turun dari Candi Gunung Wukir, Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Sabtu petang (17/12). Baju putih, sepatu hitam dan celana jins biru Ganjar bahkan sampai belepotan lumpur coklat.
"Aku tibo pisan, dongane Mas Tanto kabul (Aku jatuh sekali, doanya Mas Tanto terkabul)," kata Ganjar sambil memegang tongkat kayu saat disapa suaramerdeka.com di kaki Gunung Wukir.
Ganjar ke Gunung Wukir untuk menghadiri peluncuran buku Gubernur Jelata karya Agus Becak, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Peluncuran buku ini dihadiri Presiden Lima Gunung Tanto Mendut, Bre Redana, teaterawan Landung Simatupang, sastrawan Triyanto Tiwikromo dan sejumlah seniman Lima Gunung.
Peluncuran buku ini terbilang istimewa, karena mementaskan kolaborasi antara seni teater, musik, tari, sastra, seni rupa dan situs prasasti Canggal bertajuk: Jejak Ratu Adil Ragam Hayati. Meski sempat hujan deras dan jalan ke atas gunung licin, namun tidak mengurangi antusiasme para penari, tamu undangan, dan masyarakat.
Buku setebal 227 halaman ini mengupas sosok Ganjar sebagai orang biasa, serta cerita kegilaan-kegilaan Ganjar selama memimpin Jawa Tengah. Ini terlihat dalam bab pertama berjudul Ganjar Gila yakni Ngos-ngosan Ndorong Mobil, Pethakilan Nggandul Truk, Gubernur Bersabuk Ravia sampai Kisah mobil Dinas Ganjar Ditabrak Mobil VW Seorang Bule.
Bab Kedua buku terbitan Galang Press ini mengupas kisah-kisah unik Ganjar. Dalam bab ini, Agus Becak membuka kisah Ganjar saat diusir tukang parkir gedung DPR RI, kemudian pengalaman Ganjar memakai sepatu rusak Sepatu Gubernur Nglokop (terkelupas) dan kenangan Ganjar numpang kencing di rumah warga.
Menurut Agus untuk memimpin sebuah kelompok masyarakat yang gila maka dibutuhkan seorang gubernur 'gila'. Pria bernama asli Agus Sunandar ini menilai Ganjar adalah sosok yang penuh kegilaan selama tiga tahun memimpin Jateng. "Mas Ganjar memiliki spirit kebudayaan dan menjaga perdamaian. Mas Ganjar memiliki segudang cerita 'nyeleneh' yang bisa menjadi inspirasi," kata Agus dalam orasinya di atas Candi Gunung Wukir.
Sosok Ganjar ini dinilai Agus mendatangkan inspirasi untuk dituangkan dalam sebuah buku. "Saya terinspirasi kegilaan-kegilaan Mas Ganjar. Beliau saya kenal sejak duduk di bangku kuliah di Yogya. Sering ngangkring di deket saya," ujar dia.
Sejumlah tokoh sempat naik ke atas tangga candi untuk menyampaikan orasi kebudayaan. Yakni Bre Redana, teaterawan Landung Simatupang yang membacakan Maaf Tol Brexit, serta sastrawan Triyanto Tiwikromo Semarang yang membaca sajak Keadilan. Menurut Triyanto kebenaran kini ditentukan berdasarkan konsensus mayoritas masyarakat.
Tanto Mendut mengajak masyarakat untuk kembali memelajari sejarah Prasasti Canggal dan keteladan seorang Ratu Shima dalam memimpin rakyatnya. Menurut Tanto nenek moyang bangsa Indonesia mampu membangun Prasasti Canggal, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Gedongsongo dan lainnya karena sudah sukses secara ekonomi dan inteletktual.
"Setelah perut kenyang, mereka memperkaya ilmu pengetahuan. Barulah mereka membangun candi. Saya pesan Candi Wukir jangan dibangun apalagi diserahkan PUPR dan Kimtaru. Nanti jadi paving semua, nanti tidak didatangi ilmuwan lagi. Saya berdoa Ganjar jatuh biar jadi viral, rame. Candinya bisa terkenal," ujar Tanto.
Sementara itu, Ganjar mengaku senang ada yang memperhatikan hal-hal kecil dari dirinya dan kemudian dituangkan dalam buku. Ia menceritakan bertahun-tahun menempuh perjalanan Jakarta-Jawa Tengah menaiki kereta api dan kerap tidur tapi tidak pernah ada yang mengusik.
"Setelah jadi gubernur saya sekali tidur di KA sudah jadi ramai. Semua serba salah. Saya suka buku ini karena menunjukkan sebagai gubernur saya juga orang biasa. Saya bisa marah, bisa tersenyum, bisa 'dlosoran'. Ceritanya juga apa adanya tanpa puja-puji yang menyebalkan," ujar dia.
(MH Habib Shaleh/CN40/SM Network)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar