Laporan Wartawan Tribunpekanbaru, Zul Indra
TRIBUNPEKANBARU.COM - Jangan terlalu memaksakan kehendak orangtua kepada anak. Dahulukan cita-cita mereka dibandingkan ego orangtua. Dengarkan pendapat dari kedua belah pihak, baik itu orangtua maupun sang anak. Itu pesan dari pertunjukkan pagelaran teater Sanggar Tuah Abdi Universitas Islam Negeri Indragiri Hilir bekerjasama dengan Sanggar Anak Matan dan Titah Negeri BEM Fisip Universitas Riau. Diadakan di Gedung Idrus Tintin Pekanbaru pada Jumat (16/12/2016) dan Sabtu (17/12/2016) malam.
Acara tersebut ditonton oleh ratusan warga Pekanbaru. Tak hanya masyarakat, Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan serta jajaran Pemkab Inhil juga ikut menyaksikan pagelaran tersebut. Para penonton tampak antusias melihat para mahasiswa tersebut memainkan perannya. Serta larut dalam cerita teater.
"Ceritanya bagus, ada nuansa sedih, marah, bahkan ada komedi lucunya. Saya suka melihat pertunjukkan mereka. Seperti menonton film asli. Mudah-mudahan terus berkembang dan bisa sampai ke tingkat Riau dan nasional karya seninya,"ujar seorang penonton bernama Taufik.
Pagelaran seni tersebut diisi oleh tujuh orang pemeran yakni Tika sebagai Aisyah, Fikri sebagai Samsul, Syukron sebagai Idris, Tiwi sebagai Samiah, Rizal sebagai Lurah Darman, Riski sebagai ibu Tuti dan Nopri sebagai Bobi.
Cerita berawal saat Aisyah telah menamatkan diri dari SMA dan ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Tanpa diketahui oleh Aisyah, ternyata sang Ayah bernama Samsul hendak menjodohkan Aisyah dengan Boby anak pak Lurah Darman.
Baik isteri Samsul bernama Samiah maupun anak lelakinya bernama Idris tidak menyetujui keinginan dari Samsul. Namun, karena menurutkan ego yakni ingin menjadi orang kaya, Samsul tetap pada pendiriannya. Ia rela mengusir Idris dari rumahnya karena berani membantah dan mendukung tindakan Aisyah untuk melanjutkan kuliah.
Sebelum pertengkaran antara Samsul dan Idris, Aisyah sudah bertemu dengan Bobi yang mendatangi langsung rumah Aisyah. Namun Aisyah suka dengan sifat Bobi yang sombong dan nekat mendekati dan menciumi tangannya.
Mendengar pertengkaran Samsul, Idris dan Samiah di halaman rumah, Aisyah menjelaskan kepada bapaknya Samsul bahwasanya dirinya berkeinginan kuliah dan sudah mengurus beasiswa dari Dinas Pendidikan. Namun Samsul masih teguh pendirian untuk jodohkan anaknya dengan Bobi.
Di akhir cerita, pihak Dinas Pendidikan yang diwakili oleh Ibu Tuti mengambarkan bahwa Aisyah berhasil raih beasiswa untuk kuliah. Namun Samsul malah merobek kertas beasiswa yang diberikan kepada istrinya.
Ia pun memaksa Samiah istrinya melakukan pertemuan dengan pihak keluarga Bobi untuk membicarakan perjodohan. Sementara kedua orangtuanya pergi, Aisyah ternyata tidak sanggup menahan beban yang dipikulkan orangtuanya dan merasa putus asa setelah tahu dari balik jendela rumahnya bahwa beasiswanya sudah dirobek sang ayah. Ia pun melakukan bunuh diri dan meninggal sebelum orangtuanya pulang. Saat pulang, sang ibu hanya bisa menangisi jasad anaknya.
Naskah Mimpi Buruk Diwaktu Senja itu dibuat oleh Saipudin Ikhwan atau Boboy. Sementara pagelaran teater disutradarai Ari Musafia dan diproduseri Roma Irama. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar