Minggu, 18 Desember 2016

Upacara Kebo Ketan Ngawi, Kisah Bersambung Mbah Kodok Rabi Peri

Ngawi (beritajatim.com) - Masih ingat dengan kejadian fenomenal yang terjadi Oktober 2014 lalu?. Tentang 'Mbah Kodok Rabi Peri'. Saat itu, mbah Kodok Ibnu Sukodok menikah dengan Peri Setyowati, seorang danyang yang menjaga Sendang Marga dan Sendang Ngiyom di Alas Begal, Kecamatan Kedunggalar dan Alas Daras Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.

Sementara episode selanjutnya, 'Mbangun Ngiyom' yang terjadi Juni 2015 lalu. Untuk kisah kedua, Dhayang Setyowato Sukodok hamil dan melahirkan. Meminta dibuatkan rumah berwujud hutan konservasi pelindung kedua mata air.

Kali ini, warga Desa Sekarputih, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi disuguhkan dengan Upacara Kebo Ketan.

Gemuruh gendang jawa terdengar jelas di dusun Sendangmarga. Puluhan orang berpakaian seperti prajurit di kraton Solo siap mengawal kebo dengan tinggi 2.5 meter, Panjang 4.5 meter dan Lebar 1.5 meter. 10 orang lainnya menggontong kebo jadi-jadian tersebut.

Sutradara Upacara Kebo Ketan, Bramanto, mengisahkan kedua anak Mbah Kodok dan Dhanayang Setyowati yang bernama  Jaga Samudra dan Sri Parwati telah remaja.

Nyi Roro Ratu Kidul memerintahkan agar peranakan antara manusia dan makhluk halus tersebut mengabdi dan belajar kepada Bagindo Milir yang juga dhayang Bengawan Solo.

"Tujuannya mengembalikan Bengawan Solo menjadi nadi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat," kata Bramanto kepada wartawan seusai upacara kebo ketan, Minggu (18/12/2016).

Bramanto mengaku, kedepannya akan ada kisah selanjutnya. Karena ada penyatuan tentang alam dan manusia bisa menyatu.

Dalam upacara juga terlihat warga guyup rukun. Mereka memakan ketan seberat 2 kuintal secara bersama-sama. (mit/ted)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search