Laporan Wartawati Tribun Pontinak, Listya Sekar Siwi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tjong A Fie, orang terkaya di Medan, sebelumnya hanyalah seorang pemuda miskin yang merantau dari Tiongkok.
Dengan kerajaan bisnis di genggamannya, ia tetap menjadi orang yang dermawan. Bahkan, hingga kini, ia masih selalu dikenang atas jasa-jasa dan kebaikannya.
Menjadi anak kesayangan Tjong A Fie, Queeny Chang sungguh tahu bagaimana perasaan halus ayahnya yang berkebalikan dengan ibunya yang keras tapi tetap berpenampilan stylish.
Ia menjadi saksi akan potret kehidupan tahun 1900-an yang sarat akan budi pekerti nan halus.
Baca: Ramalan Zodiak Pekan Ini, Asmara Aquarius Hambar
Kehidupannya yang menyenangkan bersama ayahnya ti ba-ti ba berubah tatkala ia harus menikah atas perjodohan yang sudah direncanakan sejak ia berusia 13 tahun sementara ia sama sekali tidak tahu.
Gejolak kehidupannya pun semakin kentara ketika ayahnya meninggal dunia. Inilah kisah seorang perempuan kelas atas yang berusaha mematuhi adat istiadat yang kental dan menjadi pionir, sama seperti ayahnya.
Perempuan Peranakan atau nanya adalah kaum yang kini semakin jarang ditemukan.
Kaum yang ramah tamah dan merupakan bagian daya tarik kehidupan di masa lalu ini sudah semakin sulit di temukan.
Tak banyak yang diketahui orang tentang mereka.
Catatan kenangan Queeny Chang semakin istimewa karena dia adalah perempuan yang istimewa, dan juga karena dia menawarkan kisah yang memikat untuk dibagikan.
Dia mengisahkannya dengan penuh kehangatan, semangat yang menggebu, dan tulus.
Queeny adalah seorang perempuan peranakan yang mendapatkan pendidikan di sekolah Belanda dan menjadi "kebelanda-belandaan?" tetapi tidak pernah lupa asal muasal dirinya sebagai seorang peranakan.
Dia bicara bahasa Melayu sebaik dialek bahasa Tionghoanya, Kek; dan selama libur sekolah di Penang, dia belajar sedikit bau hasa Hokkian peranakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar