
PAGI masih buta, jam baru saja menunjukkan pukul 02.20. Namun 2.223 orang, 26 di antaranya sedang berbulan madu, di kapal Royal Mail Steamer (RMS) Titanic tak bisa terus bergelung dengan selimut dan menikmati tidur mereka. Semua terjaga dalam kepanikan dan kehororan; dua jam sebelumnya kapal mereka menabrak gunung es dan perlahan-lahan tenggelam. Saat mentari belum juga muncul, pagi itu, 15 April 1912, hanya 705 orang selamat.
Tragedi itu menyisakan beribu cerita. Tak terhitung berapa yang dituangkan menjadi lakon teater, buku atau film. Dua dekade lalu, misalnya, ketenaran mengiringi Leonardo di Caprio dan Kate Winslet usai berbagi layar dalam film 'Titanic'. Keduanya berlakon sebagai Jack Dawson dan Rose DeWitt Bukater, sepasang kekasih yang harus bertahan hidup usai Titanic menabrak gunung es.
Karakter Di Caprio dan Winslet itu hanya fiksi. Namun di antara beragam cerita tentang Titanic, ada satu nama yang lekat dalam catatan sejarah: Molly Brown.
Terlahir sebagai Margaret Tobin, nama Molly Brown dipakai setelah ia menikah dengan James Joseph Brown pada 1886. Pasangan ini dikaruniai dua anak dan hidup amat berkecukupan dari bisnis di bidang pertambangan.
Molly dan JJ, demikian suaminya biasa disapa, sejatinya tak lahir dari keluarga kaya. Sebaliknya, di awal pernikahan, keduanya banting tulang membiayai keluarga. Perlahan tapi pasti, pada 1894 kantong mereka terisi cukup uang untuk membeli rumah mewah bergaya Victoria seharga USD30 ribu di Denver, Colorado. Di sini pulalah mereka membangun rumah peristirahatan musim panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar