Kisah Cinta Fatimah Az-Zahra dan Ali Bin Abi Thalib, Bukti Bila Jodoh Tak Akan Tertukar
Terkadang buat seseorang yang sudah cukup matang untuk menikah, selalu galau menantikan kapan pendamping hidupnya akan datang. Apalagi saat ketemu sanak family, pertanyaan "kapan nikah?" menjadi pertanyaan yang sangat sulit dijawab. Mungkin lebih sulit daripada soal UN, hehehe.
Guna memberikan semangat buat Kamu yang selalu mengeluh karena sering dibilang jomblo, yuk baca kisah cinta antara Putri Rasulullah, Fatimah Az-Zahra dan Ali Bin Abi Thalib. Kalian pasti akan terkagum-kagum melihat perjalanan cinta mereka. Selain itu Kamu pasti lebih yakin lagi kalau jodoh memang sudah digariskan.
Cinta antara Fatimah dan Ali sebenarnya sudah tumbuh sejak lama. Namun keduanya sangat menjaga kerahasiannya dalam kata, sikap dan ekspresi mereka. Bahkan, konon, syetanpun tak mampu mengendusnya. Tekad Ali untuk melamar anak Rasulullah itu bermula saat Fatimah mengobati luka ayahnya usai pergi berperang. Sejak saat itu Ali berjanji mengumpulkan uang untuk membeli mahar.
Belum terkumpul uang tabungannya, apa yang diharapkan Ali sempat sirna lantaran ada pria lain yakni Abu Bakar yang lebih dulu melamar Fatimah. Ali semakin tidak percaya diri, apalagi saingannya adalah pria yang memiliki kualitas iman yang lebih tinggi. Seperti yang diketahui, Ali Bin Abi Thalib memang dikenal sebagai seorang pahlawan, namun ia juga adalah pemuda yang miskin.
Semangat Ali pun kembali saat dirinya mengetahui bila lamaran Abu Bakar ditolak oleh Fatimah.
Cerahnya mentari sepertinya hanya bertahan sebentar. Ali kembali pasrah ketika sahabat nabi lainnya Umar Bin Khatab mencoba melamar Fatimah. Apalagi yang menjadi lawannya kali ini seorang yang gagah berani.
Namun lagi-lagi, Ali kembali bersemangat setelah mengetahui lamaran Umar Bin Khatab ditolak oleh Fatimah.
Meski mengetahui kabar gembira tersebut, Ali belum berani melamar Fatimah. Ali sadar bila dirinya hanyalah seorang pria yang miskin. Bahkan harta yang ia miliki hanyalah sebuah pakaian perang dan tepung kasar untuk dimakan.
Ali pun mencoba bercerita dengan Abu Bakar tentang nasibnya, "Wahai Abu Bakar, anda telah membuat hatiku goncang yang sebelumnya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah kerana aku tidak mempunyai apa-apa."
Sambil terharu Abu Bakar menjawab, "Wahai Ali, janganlah engkau berkata seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya, dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka!".
Mendengar perkataan Abu Bakar, Ali pun menjadi semakin semangat. Hingga akhirnya bermodalkan baju besi yang biasa ia pakai untuk berperang, Ali mencoba mendatangi Rasulullah untuk melamar anaknya itu. Proses lamaran Ali pun diabadikan melalui hadist riwayat Ummu Salamah.
"Ketika itu kulihat wajah Rasulullah nampak berseri-seri. Sambil tersenyum baginda berkata kepada Ali bin Abi Talib, 'Wahai Ali, apakah engkau mempunyai suatu bekal mas kawin?"
"Demi Allah," jawab Ali bin Abi Talib dengan terus terang, "Engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku, tak ada sesuatu tentang diriku yang tidak engkau ketahui. Aku tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi, sebilah pedang dan seekor unta."
"Tentang pedangmu itu," kata Rasulullah menanggapi jawaban Ali bin Abi Talib, "Engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu engkau juga perlu untuk keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh karena itu, aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar mas kawin sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari tanganmu. Wahai Ali, engkau wajib bergembira, sebab Allah sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi". Demikianlah riwayat yang diceritakan Ummu Salamah r.a.
Setelah segala-galanya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira, dan disaksikan oleh para sahabat, Rasulullah mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya,
"Bahwasanya Allah SWT memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas mas kawin 400 dirham (nilai sebuah baju besi). Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu."
Maka menikahlah Ali dengan Fatimah. Meski terbilang sangat sederhana, pernikahan Ali dan Fatimah sangat hikmat. Bahkan disebutkan Rasulullah sangat terharu melihat tangan Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya.
Sahabat Merahputih, dari kisah cinta Fatimah Az-Zahra dan Ali Bin Abi Thalib kamu dapat bisa belajar bila jodoh adalah hal yang sudah digariskan. Bahkan perjuangan cinta Ali sempat pupus dan mencoba mengikhlaskan Fatimah. Namun itulah jodoh, "tulang rusuk dan pemiliknya tak akan tertukar".
Selain kisah cinta antara Fatimah Az-Zahra dan Ali Bin Abi Thalib, sudahkah kalian membaca tentang kisah betapa besarnya cinta seorang anak kepada sang ibu? jika belum coba baca Kisah Inspiratif, Uwais al-Qarni Sang Penghuni Langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar