Kamis, 16 Februari 2017

Kisah Haru Pengemis Difabel yang Dimodali Buka Warung

Cianjur - Siti Maesaroh (48), warga Kampung Lembursawah, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini tak menyangka garis hidupnya berubah. Hal ini lantaran pertemuannya dengan Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi yang juga Bupati Purwakarta Sabtu (21/1/2017) lalu.

Siti adalah seorang penyandang disabilitas. Tanpa kedua tangan dan kedua kakinya, selama ini ia beraktivitas sebagai seorang pengemis.

Siti mengaku sudah mengemis selama belasan tahun. Menurutnya mengemis bukanlah keinginannya karena harapannya ia bisa bekerja layaknya orang lain.

 Kisah Haru Pengemis Difabel yang Dimodali Buka WarungFoto: Syahdan Alamsyah/detikcom

Namun karena keterbatasan fisik yang dimilikinya ia terpaksa turun ke jalan untuk mengemis. Selain untuk biaya membesarkan anak, ia juga menghidupi kedua orang tuanya untuk kebutuhan sehari-hari.

"Sejak ditinggal suami saya jajaluk (mengemis). Uangnya saya simpan selain untuk ke orang tua saya pakai untuk keperluan anak sebagian saya gunakan juga untuk keperluan sehari-hari," tutur Siti saat disambangi detikcom di kediamannya Kamis (16/2/2017).

Mantan suami Siti kini sudah menikah lagi. Siti menyebut suaminya tidak pernah memperhatikan kondisi putranya. Dia mengaku diceraikan suaminya ketika hamil 7 bulan atau 11 tahun yang lalu.

Dalam sehari, Siti biasa mendapatkan uang hasil mengemis Rp 20-50 ribu. Ia biasa mengemis di halaman parkir sebuah minimarket tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Kalau hari libur bisa sampai Rp 80- 100 ribu," imbuhnya. Tempat Siti mengemis memang tidak jauh dari lokasi wisata Pantai Apra Sindangbarang. Tak heran saat libur tiba banyak pelancong yang datang dan kondisi ini dimanfaatkan Siti untuk mengemis.

Hidup yang dijalani Siti akhirnya berubah saat rombongan seni budaya yang dibawa Dedi melakukan pertunjukan di alun-alun Kecamatan Sindangbarang. Siti yang menyukai acara Calung Sunda ikut menonton bersama warga lainnya. Saat itu karena kondisi fisiknya Siti berada di barisan paling depan, dekat dengan panggung hiburan budaya yang dibawa Dedi.

"Saya nonton di barisan paling depan supaya bisa melihat pertunjukan. Ketika baru setengah jalan tiba-tiba Kang Ohang (pelawak Sunda) melihat saya lalu turun dari atas panggung. Dia ngajak saya naik, tapi karena malu saya menolak," lanjutnya.

Saat itu, Dedi yang tengah berada di atas panggung ikut turun dan mengajak Siti nonton dari panggung. "Saya masih menolak, tahu-tahu saya digendong oleh Beliau lalu dibawa naik ke atas panggung. Di sana saya ditanya-tanya kerja apa, punya anak atau belum. Ketika saya bilang pekerjaan saya mengemis untuk biaya anak sekolah Pak Dedi langsung nangis dan meraih (memeluk) saya," cerita Siti seraya menitikkan air matanya.

 Kisah Haru Pengemis Difabel yang Dimodali Buka WarungFoto: Syahdan Alamsyah/detikcom

Pertemuan malam itu membuat kehidupan Siti berubah. Keesokan harinya anggota rombongan 'Dangiang Ki Sunda' datang ke kediamannya. Selain menitipkan pesan agar Siti jangan mengemis lagi dia juga dibekali uang untuk membuat warung dan biaya keperluan anaknya.

"Saat itu saya langsung menangis. Pak Dedi nitip pesan saya jangan sampai mengemis lagi, dan itu saya lakukan. Sekarang saya memilih diam di rumah jaga warung," tandasnya.

 Kisah Haru Pengemis Difabel yang Dimodali Buka WarungFoto: Syahdan Alamsyah/detikcom

(nwy/mpr)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search