Senin, 20 Maret 2017

Kisah Pilu Bocah Ucup yang Menggugah Polwan Polda Jabar

Bandung - Yusup tiba-tiba menangis. Ia mendekap erat sepasang sepatu baru yang diterimanya dari dermawan. Sejumlah guru dan murid SDN Sekemandung II Kabupaten Bandung tak kuasa menetaskan air mata menyaksikan momen haru tersebut.

Ucup, sapaan bocah berusia 12 tahun itu, merupakan satu dari beberapa murid di sekolah itu yang berkategori kalangan tidak mampu. Sering kali, Ucup dan teman senasibnya, terpaksa berangkat ke sekolah tanpa sepatu.

"Kadang nyeker, juga pakai sandal. Ucup cuma punya satu sepatu. Ya kalau kehujanan, sepatunya enggak dipakai ke sekolah," ucap Ucap di SDN Sekemandung II, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkerang, Kabupaten Bandung, Senin (20/3/2017).

Ucup tinggal di gubuk bersama seorang pria uzur di desa tersebut. Saban hari Ucup jalan kaki sejauh dua kilometer dari kediamannya ke sekolah. Meski serba terbatas, ia tetap bersemangat menempuh hak mengenyam pendidikan.

"Enggak cape kok kalau jalan. Ucup sekolah biar jadi dokter atau polisi," ucapnya.

Kisah pilu Ucup dan siswa lainnya yang tanpa alas kaki saat sekolah itu menggugah sejumlah polwan dari Subdit Dikyasa Ditlantas Polda Jabar. Hadiah berupa sepatu kepada 12 siswa SD Sekemandung diberikan polisi kepada mereka.

"Sabtu lalu, awalnya ada anggota yang tinggal di Ujungberung menyambangi sekolah ini karena ada kabar kalau beberapa siswa enggak pakai sepatu," ucap Kasidikmas Subdit Dikyasa Ditlantas Polda Jabar Kompol Rita Suwadi.

Rita menyebut, anggotanya langsung menemui pihak sekolah untuk mendata jumlah siswa. "Ternyata banyak anak yang tidak mampu. Terutama Ucup ini yang ditelantarkan orang tuanya," ucap Rita.

Minggu kemarin, Rita mengabarkan kondisi sejumlah murid SD tersebut via grup WhatsApp rekan kerjanya. Penghuni grup sepakat untuk memberikan bantuan berupa sepatu, seragam sekolah, dan alat tulis.

"Hari ini kami serahkan hasil urunan teman-teman Ditlantas Polda Jabar. Ya anak-anak ini butuh perhatian dan harus diberikan semangat agar bisa meraih cita-cita yang diinginkannya," tutur Rita.

Sejak belia, Ucup ditinggalkan begitu saja oleh kedua orang tua kandungnya. Permasalahan rumah tangga sang ibu dan ayah membuat Ucup kena imbas. Salah satu warga setempat yang akrab disapa Abah tergerak hatinya untuk merawat Ucup hingga kini.

Saat ini Ucup duduk di bangku kelas tiga. Ia pernah tidak naik kelas lantaran terpaksa sering absen sekolah. Persoalannya karena Ucup ikut membantu Abah berkebun.

"Kami selalu membujuk Ucup agar mau belajar ke sekolah. Meski prestasi di sekolahnya kurang, kami selalu terus memberikan semangat. Sekarang Ucup sudah bisa membaca," ujar Saeful Aziz, wali kelas Ucup.

Kepala SD Sekemandung II Mayuningsih tak menampik ada sejumlah anak didiknya yang berkategori tidak mampu. Begitupun soal cerita siswanya tersebut datang ke sekolah tanpa sepatu.

"Ada beberapa begitu. Enggak semua siswa. Jadi memang ada yang cuma punya sepasang sepatu, terus kalau hujan ya datang ke sekolah pakai sandal. Ada juga kalau sepatu basah, siswa menggunakan sepatu bapaknya," ujar Mayuningsih.

Dia merespons positif kebaikan para polisi tersebut. Selama ini, sambung dia, khusus kepasa Ucup, pihak sekolah tidak mengacuhkan begitu saja. "Kalau tiap hari, uang jajan Ucup ini dari para guru," kata Mayuningsih.

"Ucup ini biasanya ceria. Tadi dia menangis karena terharu. Banyak orang yang perhatian kepadanya," ucap Mayuningsih menambahkan.

Di ruang kelas itu Ucup terlihat serius menatap sepatu barunya yang terbungkus plastik. "Hatur nuhun (terima kasih)," ujar Ucup yang berlinang air mata.


(bbn/ern)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search