Selasa, 14 Maret 2017

TOP FILES: Di Balik Kisah Tugu Ngejaman dan Loji Setan

SUATU sore di kawasan Malioboro, tepatnya antara dekat Gedung Agung dan Gereja GPIB Jemaat Margomulyo, penulis asyik menikmati suasana dengan menyeruput wedhang ronde, salah satu minuman khas di Yogyakarta. Duduk di sebuah taman kecil, ada rasa penasaran juga terhadap satu bangunan berbentuk tugu dengan jam di atasnya.

Awalnya, penulis tak paham akan kisah di balik tugu jam itu, sampai ketika bersua rekan penggiat sejarah dari Komunitas Malam Museum Samantha Aditya. Diceritakan, ternyata dulu tugu jam itu merupakan hadiah dari Pemerintah Belanda pada 1916.

BERITA REKOMENDASI


Jam bundar tersebut ditopang bangunan tugu setinggi 1,5 meter dan dulunya punya nama asli Stadsklok atau "Jam Kota". Sayang memang tak ada pahatan tulisan apa pun mengenai keterangan jam itu di sekitar bangunan tugunya.

"Kalau masyarakat umum (di Yogya) biasanya menyebutnya 'Ngejaman'. Itu jam besar itu dari zaman Belanda, hadiah untuk memperingati 100 tahun berakhirnya penjajahan Inggris atas Belanda," terang Samantha.

"Sampai sekarang jamnya masih berfungsi. Memang dulu ada keterangan tulisannya di jam itu, tapi sekarang sudah dicopot, entah bagaimana ceritanya itu," imbuh mahasiswi cantik Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Ditambahkan, dulu jam itu berfungsi tanpa menggunakan kabel listrik apa pun. Tapi sekarang untuk terus mengoperasikannya harus disambungkan dengan kabel listrik.

Menengok catatan sejarah, memang Nusantara –sebutan lama Indonesia– pernah dikuasai Inggris. Tepatnya pada 1811 sampai 1816.

Dari dara berusia 24 tahun itu pula penulis mendapat wawasan lain, seperti Pecinan Ketandan, Mal Malioboro yang dulunya merupakan rumah sakit paru-paru, Toko Obat Rathkamp Drugstore yang kini jadi Kimia Farma, hingga Kantor DPRD Provinsi DIY yang sempat dijuluki "Loji Setan"!

"Kantor DPRD dulu disebutnya namanya Loji (Gedung) Setan. Angker itu dulunya, mas. Kalau dari cerita-cerita masyarakat, kalau ada orang sering lewat situ, suka dengar ada suara orang menangis gitu," sambung Samantha.

"Dulunya memang sebelum jadi Kantor DPRD, sempat ada bangunan yang jadi tempat ritual-ritual aneh orang-orang aliran Freemason. Tapi kalau sekarang sudah ramai begini, ya enggak terasa angker lagi," tuntasnya.

[embedded content]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search