Kamis, 04 Mei 2017

Bambang Widjojanto Berbagi Kisah Serangan Balik Pemberantasan Korupsi

Thoriq S. Karim, Surabaya

LEBIH dari 100 mahasiswa berbagai fakultas dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mendapat pencerahan betapa peliknya penegakan hukum, khususnya kasus korupsi, dari Bambang Widjojanto. Mantan wakil ketua KPK itu membagi pengalamannya dalam sebuah buku bertema Berani Melawan Korupsi yang dibedah di Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa Rabu(3/5).

Bambang menyatakan, pimpinan KPK yang menjadi elemen penting dalam pemberantasan korupsi saat itu tidak bisa hidup tenang di Indonesia. Maklum, mereka harus menghadapi berbagai upaya pelemahan terhadap lembaga tersebut. Hampir setiap saat selalu saja ada tindakan dari berbagai pihak untuk membuat KPK tidak bisa berbuat banyak. "Tapi, saya bersyukur, dukungan masyarakat terhadap KPK luar biasa," katanya.

Semua pengalaman yang dilewatinya semasa menjabat wakil ketua KPK dituangkan dalam buku tersebut. Baik pada masa penyidikan tanpa hambatan maupun pada saat KPK mendapat ancaman. Bambang menceritakan kisah itu sebagai gambaran kepada masyarakat bahwa tantangan menjadi penegak hukum dalam bidang korupsi sangat berat. "Tapi, saya bisa melewati dan tidak pantang menyerah," ungkap dia.

Dia lantas mencontohkan saat kantor KPK diserbu orang tak dikenal pada suatu malam. Kala itu, Bambang baru saja tiba dari luar kota. Dia ingin kembali ke rumah setelah beberapa hari tidak bertemu keluarga. Dalam perjalanan menuju rumah, pria kelahiran Jakarta itu mendapat telepon dari kantor dan diminta segera merapat. Arah perjalanan berubah. "Saat saya sampai kantor, sudah ada ratusan orang yang ingin membubarkan KPK," ujarnya. Dia mengaku heran dengan kehadiran orang-orang tersebut. Sebab, aspirasi yang disampaikannya bertolak belakang dengan dukungan mayoritas masyarakat.

Pengalaman seperti itu sering terjadi. Sebagian jarang dipublikasikan. Oleh sebab itu, Bambang meyakini bahwa buku tersebut bisa memberi pemahaman sekaligus tantangan bagi mereka yang hendak berkiprah menjadi penegak hukum. Dia berharap generasi muda bangkit setelah membaca buku itu. "Negara ini butuh pemuda yang memiliki komitmen dalam menegakkan hukum," tegas dia.

Bedah buku tersebut juga menghadirkan dua panelis dari Unesa. Yakni, dosen sosiologi hukum Unesa Agus Mahmud Fauzi dan dosen sosiologi korupsi F.X. Sri Sadewo. Keduanya memberi catatan terhadap buku yang ditulis Bambang. Misalnya, Agus yang menilai tarik-menarik kepentingan politis selalu mewarnai kebijakan dalam menetapkan penegak korupsi. "Pertanyaan itu belum dijawab dalam buku ini," katanya.

Menurut dia, Bambang perlu mengulas masalah politik yang selalu ikut campur di semua lini. Misalnya, memilih pimpinan KPK harus melalui persetujuan legislatif. Gambaran itu menunjukkan bahwa lembaga pemberantas korupsi masih di bawah legislatif. "Kekuatannya tidak mendominasi," ucapnya.

Meski begitu, Agus mengapresiasi curahan hati Bambang selama menjabat wakil ketua KPK. Buku tersebut dianggapnya sebagai buku harian Bambang yang ditulis pada masa pensiunnya. "Catatan yang saya sampaikan hanya penilaian untuk menambah kesempurnaan buku tersebut," ungkapnya.

Bambang sangat berterima kasih atas catatan yang disampaikan panelis dalam forum tersebut. Dia mengakui banyak kisah yang belum dituangkan dalam tulisan itu. (riq/c6/agm)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search