Perang Dunia I bermula dari sebuah pembunuhan. Pada 28 Juni 1914, putra mahkota Austria-Hungaria Archduke Franz Ferdinand dan istrinya Sophie dihabisi saat berkunjung ke Sarajevo, ibukota Bosnia.
Bosnia sebelumnya adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman tapi dianeksasi oleh Austria-Hongaria pada tahun 1908. Kunjungan sang adipati untuk mengecek kesiapan tentaranya itu menjadi kontroversial. Pelakunya, Gavrilo Princip, adalah warga Serbia.
Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu saja, semua kekuatan besar terlibat dalam perang. Dan melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Insiden itu juga menjadi casus belli, pemicu sebuah perang dahsyat, yang menyebarkan malapetaka hingga penjuru Bumi.
Dua aliansi besar, Entente Powers -- Inggris, Prancis, Serbia, dan Kekaisaran Rusia (selanjutnya Italia, Yunani, Portugis, Rumania, dan Amerika Serikat ikut bergabung) -- bertempur melawan Central Powers -- Jerman dan Austria-Hungaria (selanjutnya Turki Ottoman dan Bulgaria ikut bergabung).
Agak sulit untuk melacak identitas korban-korban pertama yang jatuh dalam Perang Dunia I.
Namun, seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (1/5/2017) sejumlah sejarawan militer mengungkap, salah satu korban pertama adalah warga sipil dari Inggris.
Namanya Henry Hadley. Ia adalah seorang guru bahasa yang kala itu berusia 51 tahun.
Korban tewas kurang dari tiga jam setelah Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Sebutir peluru bersarang di perutnya ketika Hadley menempuh perjalanan menggunakan kereta dari Berlin.
Hadley adalah seorang mantan perwira di West India Regiment. Saat Jerman mendeklarasikan perang terhadap Prancis pada 3 Agustus 1914, ia masih berada di Berlin dan mengajar.
Menyadari bahwa negaranya, Inggris akan terseret dalam pusaran konflik, ia kemudian kabur, naik kereta yang akan membawanya ke Paris pada pukul 11.00 pagi.
Entah apa yang terjadi, Hadley menjadi 'gelisah lalu marah' dengan pelayanan yang lambat di restoran kereta atau restorasi. Adu mulut kemudian pecah di depan sejumlah perwira Jerman.
Setelah sempat kembali ke tempat duduknya, Hadley lagi-lagi menuju gerbong restorasi. Saat itulah, seorang tentara Jerman menembak perutnya, dalam jarak dekat dengan pistol. Kereta kala itu berada dekat perbatasan Belgia.
Pengurus rumah tangga yang menyertai perjalanan Hadley, Elizabeth Pratley bergegas keluar dari kompartemen kereta dan menemukan majikannya terbaring di lantai, dikelilingi tentara Jerman.
"Mereka telah menembakku, Nyonya Pratley. Aku sudah selesai," kata Hadley pada pelayannya itu.
Saat korban ditembak, Inggris belum secara resmi mengumumkan perang terhadap Jerman.
Hadley dibawa ke rumah sakit dan bertahan hidup selama 24 jam, namun meninggal pada pukul 03.15 waktu Jerman, 5 Agustus 1914.
Tiga jam sebelum napas terakhir dihela, Britania Raya baru mengumumkan perang terhadap Jerman.
Ketika berita tentang kematian Hadley sampai di London, Pemerintah Inggris menuntut penjelasan, namun pihak Jerman membantah tuduhan ada 'permainan kotor' yang memicu maut.
Informasi bahwa Henry Hadley menjadi salah satu korban pertama Perang Dunia I -- setidaknya untuk pihak Inggris -- disampaikan sejarawan Richard van Emde dalam bukunya Meeting The Enemy yang dirilis pada 2013.
"Hadley adalah korban Perang Dunia Pertama pertama dari Inggris dan orang pertama yang meninggal sebagai akibat langsung dari tindakan musuh. Ia kebetulan berada di tempat dan waktu yang salah," kata dia.
Kesalahan korban, sang sejarawan menambahkan, adalah membuat para perwira Jerman merasa tak nyaman dengan perilakunya yang emosional. "Di tengah atmosfer penuh ketegangan yang meningkat saat seluruh Eropa terseret dalam perang."
Sebelumnya diyakini, orang Inggris pertama yang tewas dalam Perang Dunia I adalah Prajurit John Parr yang gugur tiga pekan setelah pertempuran dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar