Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indoenesia, khususnya kaum muslim. Informasi yang dihimpun Adara Relief International (LSM Kemanusiaan Peduli Palestina), proses replikasi berlangsung selama empat tahun. Mulai 2003 hingga 2007.
Selasa kemarin, Tim Adara Relief berhasil menemui tiga dari lima orang yang terlibat. Mereka adalah Abdul Mutholib (47), Zaenal Arifin (42) dan Ali Ridho (65). Ketiganya adalah warga Desa Tegal Sambi, kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Dua lainnya adalah Sarmidi (53) dan Mustafid Dinul Azis (39).
Dalam rilis Tim Adara Relief yang diterima JawaPos.com, Rabu (15/6), Abdul Mutholib mengaku berkesempatan memasang potongan-potongan ukiran langsung di Masjid Al Aqsa.
Dia bercerita selama sepuluh hari, Abdul tinggal di dalam lingkungan masjid ketiga yang dianjurkan Rasulullah untuk dikunjungi itu (Setelah Masjid Al-Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah).
"Saya sangat senang dan bangga bisa terlibat dalam proses replikasi mimbar Nuruddin Zanki ini, yang membuat saya bisa langsung mendatangi dan salat di masjid Al Aqsa," tutur pria yang biasa dipanggil Tholib.
Tholib mengungkapkan bahwa proses pembuatan ukiran-ukiran dibuat di Jordania selama empat tahun. Setelah semua rampung, ukiran dibawa ke Masjid Al Aqsa.
"Total yang kami buat ada sekitar 16.300 keping," jelas dia.
Yang menarik, ada kejadian menegangkan ketika 5 tim pengukir Jepara ini hendak bertolak ke Palestina. Sesampainya di perbatasan Jordan-Israel, para pasukan Zionis Israel melakuan pemeriksaan ketat.
Ribuan ukiran yang dibungkus rapi dalam kertas antiapi itu, satu per satu diperiksa dulu sebelum dibawa menggunakan enam mobil pick-up.
"Jadi, sebelum dibungkus dan diangkut, pihak Israel sudah ikut mengawal sejak di Jordan dengan memfoto satu persatu kepingan ukiran dan kembali membongkarnya di perbatasan untuk mencocokkan kesamaan kepingan yang di Jordan dengan yang ada di perbatasan," papar ayah dua anak ini.
"Bisa dibayangkan betapa melelahkan dan merepotkannya kami. Cukup mendebarkan juga waktu proses pemeriksaan, kami takut terjadi apa-apa," jelas dia.
Sementara, Ketua Adara Relief International, Nurjanah Hulwani menyatakan kebanggaan dan keharuannya bisa bersilaturahim mereka.
Hal itu membuatnya makin bersemangat untuk peduli Palestina dan masjid Al Aqsa .
"Ini adalah pertemuan yang membahagiakan sekaligus mengharukan bagi saya karena Bapak-bapak ini sudah kami cari sejak lama. Berkat pertolongan Allah, kami bisa bersilaturahim dan mengambil inspirasinya. Semoga kita umat Islam bisa segera salat di masjid Al Aqsa dalam kondisi Palestina merdeka seutuhnya," jelas dia.
Pascapertemuan ini, Adara akan menyebarluaskan kabar gembira ini kepada masyarakat Indonesia atas kerja mulia para pengukir Jepara ini.
"Luar biasa. Empat tahun di Jordan dan 10 hari merangkainya di masjid Al Aqsa. Semoga kerja mulia yang sudah diawali Pak Tholib dan kawan-kawan akan dilanjutkan masyarakat Indonesia dalam bentuk doa dan donasi," tambah Nurjanah.
Hal senada diutarakan rekan sejawat Tholib, Zaenal Arifin. Zaenal mengungkapkan, dalam proses pembuatan replikasi mimbar di Jordan selama lima tahun, timnya ditengok oleh para wakil pemerintahan negara-negara yang terlibat dalam proses. Mulai dari Turki, Jordan dan Aljazair.
"Saat yang sama kami selalu ditanya oleh teman-teman dari tiga negara itu dengan pertanyaan yang tidak bisa kami jawab, mana wakil pemerintah Indonesia?," beber dia.
Dia mengapreasiasi apa yang dilakukan Adara. Menurutnya, inilah pertama kalinya timnya mendapat apresiasi dari bangsa sendiri.
"Merupakan kebahagiaan bagi kami disini menerima kehadiran pengurus Adara. Ini adalah apresiasi pertama yang kami terima dari sesama masyarakat Indonesia," pungkas Zaenal Arifin dengan nada haru.(mam/JPG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar