Kamis, 22 Juni 2017

Kisah Warga Suriah Berbuka Puasa di Tengah Puing Sisa Perang

Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana buka puasa bersama di Douma, Suriah, membuat banyak orang terharu. Gambaran itu begitu memilukan. Sebuah meja penuh makanan untuk berbuka puasa diletakkan di tengah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara.

Sajian prasmanan dengan menu beraneka rupa adalah suguhan istimewa di kota dekat Damaskus yang luluh-lantak akibat perang antara militan ISIS dan pasukan rezim Bashar al-Assad. Hal itu dimungkinkan dengan adanya kesepakatan internasional untuk mengurangi kekerasan.

Di beberapa tahun terakhir, buka puasa bersama tidak bisa lagi dilakukan di Douma dan sejumlah kota lain di Suriah, berkenaan dengan meningkatnya serangan udara oleh pasukan keamanan.

Jikapun ada, buka puasa bersama harus dilakukan dalam gedung, demi alasan keamanan.

Namun tahun ini, acara buka puasa dilakukan di luar, dengan meja panjang bertaplak merah yang dipenuhi beragam makanan.


Ketika matahari terbenam dan adzan Maghrib berkumandang, para peserta buka puasa bersama di Douma disuguhi jus jeruk dan kurma. Usai salat, hidangan utama menyusul disajikan.

Sebanyak enam meja yang diperuntukkan bagi 40 orang dipenuhi menu khas Suriah selatan, seperti kacang fava yang disajikan dengan tomat, zaitun serta parsley. Ada juga kebab, shawarma, tabbouleh, hummus dan nasi.

Selain itu, tersaji juga yoghurt lokal dan aprikot segar sebagai hidangan penutup.

Setelah enam tahun terjebak dalam perang sipil, warga Suriah bisa menikmati buka puasa bersama di luar ruangan tanpa rasa was-was.Setelah enam tahun terjebak dalam perang sipil, warga Suriah bisa menikmati buka puasa bersama di luar ruangan tanpa rasa was-was. (Foto: Thinkstock/TeodoraDjordjevic)

"Setelah enam tahun perang di Suriah, khususnya di Ghouta, kami ingin menikmati suasana damai ini dan memberikan kebahagiaan pada orang-orang lewat acara berbuka puasa bersama," kata Muayyed Muhieddine, juru bicara Adalah, organisasi nirlaba setempat yang mengadakan acara tersebut.

"Kami ingin mengingatkan orang-orang akan suasana sebelum perang, ketika acara makan-makan dirayakan bagai pesta pernikahan," kata Muhieddine kepada AFP.

Implementasi Zona Deeskalasi

Pada Mei, Rusia, Iran dan Turki menandatangani kesepakatan "zona deeskalasi" di beberapa daerah di Suriah setelah perang yang menewaskan 320 ribu orang.

Kendati zona tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan, namun tingkat kekerasan di daerah yang termasuk dalam kesepakatan, menurun drastis.


Salah satu daerah tersebut adalah Douma, kota terbesar di timur wilayah Ghouta, yang kerap menjadi target bombardir serangan udara pemerintah.

Douma telah menjadi zona peperangan sejak 2013 dan penduduk yang terjebak di dalam kota mendapatkan makanan dan kebutuhan pokok yang diselundupkan melalui terowongan dan pos-pos pemeriksaan.

Adalah kerap menggelar acara buka puasa bersama saat Ramadan datang, kendati bombardir dan baku tembak terus berlangsung. Acara itu digelar di dalam ruangan masjid atau di bawah tanah, yang belum tentu terjamin keamanannya.

"Tahun lalu kami menggelar buka puasa bersama untuk 900 orang di sebuah masjid, tapi dua bom meledak di dekat lokasi," kata Muhieddine.

Tahun ini, suasana yang relatif damai, dimanfaatkan NGO tersebut untuk menggelar acara buka puasa yang berbeda. Mereka menyajikan hidangan di luar ruangan, tanpa khawatir adanya serangan udara ataupun baku tembak.

Hadiah Lebaran Terindah

Sejauh ini, Adalah sudah menggelar enam acara buka puasa bagi ratusan penduduk Douma. Mereka berencana mengadakan empat acara buka puasa bersama di lokasi lain di Ghouta, hingga jelang Idul Fitri.


Makanannya sendiri dipersiapkan di dapur darurat yang didirikan di reruntuhan gedung, hanya ditutupi kayu triplek dan kain besar berwarna merah dan hijau, demi menjamin kebersihan.
Acara buka puasa bersama menjadi kemewahan tersendiri di Suriah yang digempur perang sipil selama enam tahun terakhir.Acara buka puasa bersama menjadi kemewahan tersendiri di Suriah yang digempur perang sipil selama enam tahun terakhir. (Foto: AFP PHOTO / DELIL SOULEIMAN)
Tidak ada piring keramik dan sendok perak, seluruh hidangan disajikan di atas piring plastik. Namun bagi warga Douma, itu adalah kemewahan sekaligus nostalgia.

"Makanan ini mengingatkan saya akan masa lalu," kata Abu Hashim Minyasa, salah seorang warga Douma.

"Kami bisa menikmati makanan tanpa khawatir terkena bom atau peluru atau harus tiba-tiba berlari mencari perlindungan," tambahnya.

Warga Douma lainnya, Marwan, menyebut acara buka puasa itu sebagai hadiah Lebaran terindah.

"Kami merasa aman, bisa makan dengan santai, seperti tidak pernah terjadi perang," ujar pria berusia 29 tahun itu.

Dia tidak mempedulikan puing-puing sisa bangunan hancur di sekelilingnya. "Ini adalah hadiah terindah, semoga Tuhan mencegah bom datang kembali."

(les)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search