Sabtu, 22 Juli 2017

Kisah Daniel, Bayi Gagal Aborsi yang Tumbuh Jadi Remaja Ceria

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Layaknya seorang remaja, Daniel (12) gemar melakukan aktivitas jelajah alam. Baru-baru ini, Daniel, menjelajah ke Danau Ranamese yang indah di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Matahari di tepi Danau Ranamese menerangi wajahnya yang merupakan saksi keberaniannya untuk hidup dan bukti bahwa apa pun yang dilakukan manusia untuk menghentikan kehidupan seseorang, Tuhan lah yang berkuasa atas hidup dan kematian manusia.

Daniel, merupakan anak yang gagal di aborsi oleh ibunya. Pada Oktober 2004, seorang ibu mendatangi Yayasan Awam Bina Amal Sejati (ABAS) yang berlokasi di Jalan Melati Desa Tonjong, Kompleks Pemakaman Giritama, Tajur Halang, Bogor. Yayasan ini mengabdikan untuk anak-anak yang "terbuang dan disingkirkan", lanjut usia dan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Suatu malam di awal Oktober 2004, seorang bayi laki-laki diantar dan diserahkan padaku. Ibunya berkata uangku sudah habis untuk menggugurkannya, tapi bayi ini lahir juga. Terserah ibu sekarang, saya serahkan sama ibu bayi ini," ujar Maria Rosa Tirtahadi, pengelola Yayasan ABAS, kepada netralnews.com, Sabtu (22/7/2017).

Saat itu, Rosa panggilan akrab Maria Rosa Tirtahadi, baru saja kehilangan seorang bayi korban aborsi juga, sehingga ia berencana menolak menerima bayi tersebut. Namun, ketika bayi mungil dengan kondisi yang sangat menyedihkan itu membuka matanya dan memandang Rosa seolah memaksa agar ia menerimanya, Rosa pun tak kuasa menolak kehadiran bayi itu.

Bayi tersebut diberi nama Daniel. Ia berkali-kali menjalani operasi. Ketika belum berusia dua bulan, sebagian otaknya bahkan dibuang agar ia dapat terus hidup. Bahkan bekas jahitan melintang dari kepala hingga hidungnya. Perjuangan bayi kecil ini membuat Rosa mulai mencintainya.

Daniel kecil pun tumbuh dalam bimbingan dan perawatan yayasan tersebut. Di yayasan ini, anak-anak diberikan pendidikan yang terbaik, mereka bahkan diberi kursus sesuai keinginan anak, seperti balet, piano dan memanah. Dengan tujuan mereka mendapatkan kedudukan yang baik di masyarakat.

"Banyak orang berpendapat, mereka berasal dari pinggiran, dari latar belakang yang kurang baik atau dari orang tua yang tidak baik. Mereka tidak mempunyai latar belakang yang baik, tidak memiliki status, jadi kenapa kamu (Rosa) harus peduli dengan hal-hal yang lebih dari yang layak mereka dapatkan...? Tapi saya akan terus memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan tempat yang layak di masyarakat," ujar Rosa.

Meski tidak lahir dari rahimnya, tapi anak-anak tersebut lahir dari hati Rosa. Dia juga tidak membeda-bedakan anak-anak yang berada di Yayasan ABAS. Namun, diakuinya, Daniel mendapat tempat tersendiri di hatinya karena perjuangan hidup Daniel.

Daniel pun pandai bermain piano dan organ, balet dan masak. Ia bahkan usai pulang sekolah di sekolah alam, menjadi guru balet di sebuah sekolah swasta yang tak jauh dari sekolah alam. Meski pun diakui oleh Rosa, saat belajar, ia harus sabar mengajari Daniel.

"Semoga perziarahan hidup pangeranku Daniel selalu merupakan bukti bahwa setiap manusia berhak untuk dicintai dan mencintai," ujar Rosa.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search