JAKARTA - Mahasiswa adalah agen perubahan. Itulah kalimat yang sering digaung-gaungkan untuk mahasiswa agar mereka memiliki rasa kepekaan terhadap permasalahan yang ada di masyarakat.
Slogan itu mungkin terbesit di hati dan pikiran Maulana Satria Aji, seorang mahasiswa di Universitas Airlangga (Unair) yang mampu mengubah wajah kampungnya di Sidotopo, Surabaya menjadi kampung percontohan Keluarga Berencana di Jawa Timur tahun 2016 lalu.
BERITA REKOMENDASI
Pria yang akrab disapa Aji ini adalah pemuda berusia 20 tahun yang menerima bantuan pendidikan oleh pemerintah untuk melanjutkan pendidikan tingginya di Unair. Sebelumnya, mahasiswa tamatan SMA Muhammadiyah I Surabaya itu bahkan pernah berpikir untuk tak melanjutkan kuliah karena terhalang biaya.
Namun, Aji tak lantas menyerah begitu saja pada nasib. Lalu, kesempatan pendidikan di bangku kuliah itu muncul tatkala dirinya mendapat informasi terkait bantuan pendidikan. Ini yang menjadi permulaan rangkaian mimpi Aji untuk berkuliah dan memperbaiki wajah tanah kelahirannya.
"Kampung saya terkenal dengan berbagai tindak kriminal. Dulunya, saya merasa enggan untuk berkecimpung di karang taruna. Sempat takut terbawa kebiasaan kurang baik orang-orang sekitar," kisah Aji seperti dilansir dari laman Unair, Rabu (23/8/2017).
Kebiasaan kurang baik itu, diakui Aji dari kebiasaan anak-anak muda yang seumuran dengannya. "Saya prihatin melihat teman-teman sebaya dengan saya terbiasa minum-minuman beralkohol," imbuhnya.
Itulah yang membuat Aji bertekad mengubah wajah kampungnya. Proses yang tak mudah itu tetap ia lakoni bersama enam temannya untuk mengajak para pentolan geng pengguna narkoba untuk berdiskusi. Namun, diskusi itu tak lantas membuat orang berubah dengan cepat.
Tetapi ia sudah bertekad dan tekadnya sudah bulat. Ia ingin para pemuda di kampungnya untuk meninggalkan obat-obatan terlarang itu. Meski caci-maki sudah biasa dilemparkan ke arahnya dari orang-orang sekitar.
"Awalnya mereka tidak mau diajak berubah. Bahkan saya kerap diejek karena sering main ke balai rukun warga setempat untuk mengajak mereka berubah. Dikatain sok bener lah dan sempat diludahi," kenang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair itu.
Caci-maki dan perlakuan buruk yang diterima Aji tak lantas membuatnya putus asa dan menyerah. Ia kemudian mengajak para pemuda di kampungnya untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur serta Badan Narkoba dan Narkotika.
Tak disangka, usai melakukan kegiatan tersebut dan dikarantina selama dua minggu, kisah Aji, mereka berubah drastis. Perubahan baik itu, lantas menyebar ke orang-orang sekitar di kampungnya.
Tak berhenti sampai di situ, pada 2016 mulailah kampung itu membentuk pusat informasi dan konseling sebagai wadah masyarakat membagi dan menyelesaikan permasalahan. Bahkan, di tahun yang sama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan kampungnya sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB). Di kesempatan yang sama, peran Aji membangun pemuda-pemudi di kelurahan setempat mendapat apresiasi.
"Perasaan saya ketika didatangi Bu Risma sungguh sangat senang sekali. Bahkan, ada orang dari Blitar sampai menitikkan air mata melihat perjuangan kami mengubah kampung ini. Bagaimana kami rela mengajarkan dan menuntun tanpa mengharap balas jasa," ungkap Aji.
Selain mengubah wajah perkampungan yang dulu dikenal kriminal hingga berubah menjadi kampung percontohan, Aji juga peduli dengan minat baca masyarakat di Indonesia sehingga ia ingin membangun kampung literasi.
Langkah itu telah dimulainya melalui komunitas bernama Komunitas Pelajar Mengajar Surabaya (KPMS). Di komunitas itu, Aji sebagai ketua komunitas menggagas program mengahar di Kampung Sidotopo tanpa dipungut biaya.
"Mereka hanya perlu 'membayar' dengan sampah yang kemudian dipilah untuk kerajinan. Selain di Sidotopo, KPMS juga hadir di Nginden, Tambak Wedi, dan Kampung Nelayan Sukolilo," kata Aji.
Mulanya membangun komunitas itu diakui Aji dari melihat anak-anak kecil yang kini lebih sibuk bermain gawai. "Saya tergerak mengajak mereka untuk mengisi waktu luang dengan belajar. Baik belajar pelajaran sekolah atau mengaji," cerita mahasiswa yang kerap mengikuti konferensi tingkat nasional dan internasional tersebut.
Untuk langkah ke depannya, Aji memaparkan keinginannya untuk membentuk kampung literasi yang kini sedang dirancang. "Akan ada perpustakaan dan pembuatan mural. Tujuannya untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada seluruh tingkatan usia, mulai dari anak-anak hingga orang tua," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar