Minggu, 22 Oktober 2017

Kisah Pangeran Antarasari Jadi Film

RMOL. Kisah Perang Banjar segera diangkat ke layar lebar.

Egy Massadiah yang bertindak sebagai produser menjelaskan bahwa film tersebut sedang dalam proses pengambilan gambar di beberapa lokasi di Kalimantan Selatan.

"Ada sekitar 50 an orang crew kami dari Jakarta sedang di lapangan. Hampir semua pendukungnya kami gunakan aktor lokal sebab banyak dialog dalam film ini menggunakan bahasa daerah Banjar. Hanya tokoh-tokoh utama dimainkan aktor dari Jakarta, diantaranya Hemalia Putri memerankan tokoh Bulan istri Pangeran Hidayatullah dan Egy Fadly sebagai Pangeran Antasari. Sutradaranya dosen IKJ yang juga sutradara senior Irwan Siregar, " kata Egy yang juga dikenal sebagi aktor Teater Mandiri Putu Wijaya.

Menurut Egy. penggarapan struktur cerita film "Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing" yang melibatkan lebih 150 an pemain ini dimulai dengan kehadiran pelajar sekolah dasar zaman sekarang. Dikisahkan mereka ingin mencari tahu tentang sosok Pangeran Antasari dan perjuangannya.

"Akan ada dua segmen yaitu segmen masa perjuangan Pangeran Antasari sekitar tahun 1850 an dan segmen zaman sekarang," papar Egy Massadiah.

Film yang berdurasi sekitar 100 menit ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor yang memang sangat mencintai dunia kebudayaan khususnya senin peran dan teater.

"Ini film edukasi tentang pahlawan Banjar, banyak keteladanan yang bisa dipetik oleh generasi sekarang," jelas pria yang akrab disapa Paman Birin ini.

Seniman dan budayawan terkemuka asal Banjar Yadi Muryadi juga terlibat langsung dalam film ini. "Kami sangat bangga bisa mewujudkan film ini dan melibatkan banyak pemain lokal yang memang sehari hari menggeluti dunia seni peran, " ungkap Yadi yang terlibat sejak riset dan penulisan cerita hingga turut serta ambil bagian sebagai salah seorang pemain.

Sejarah mencatat, Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada tanggal 25 April 1859. Dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran  berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak  pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap pada pendiriannya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861. "Dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut kemerdekaan."

Dalam film  ini muncul juga tokoh tokoh, di antaranya Tumenggung Antaludin, Tumenggung Jalil, Demang Lehman, Ratu Zaleha, Wulan Jihad (pejuang wanita Dayak Kenyah), Amin Oellah, Soero Patty, Kiai Djaya Lalana, Goseti Kassan. Sedangkan dari pihak kolonial Belanda, yakni antara lain: Augustus Johannes Andresen, George Frederik Willem Borel, Karel Cornelis Bunnik, C.E. Uhlenbeck, Gustave Verspijck, dan lain-lain.[wid]

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search