
Anaknya yang hingga kini belum diketahui rimbanya, akibat tenggelam di Samudera Hindia, dua tahun yang lalu. Saat ini dia kehilangan suaminya, Tohani yang kapalnya terbalik bersama puluhan anak buah kapal (ABK) lainnya. Tohani meninggal dunia saat kapalnya mengalami kecelakaan laut di perairan Masalima.
"Saya kaget mendengar, suami saya salah satu korban yang ditemukan meninggal. Dulu dua tahun yang lalu anak saya tenggelam dan sampai sekarang belum ketemu," tutur Lutya, saat ditemui detikcom di rumah duka di Desa Tratebang, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Rabu (15/11/2017).
Lutya (45) adalah istri dari Tohani (53) warga Tratebang RT 07 RW 3, Kecamatan Wonokerto, salah satu korban yang ditemukan tewas dalam kecelakaan KM Makmur Rejeki itu.
Dia masih tampak sedih dan shock atas kepergian anggota keluarga yang kedua kalinya. Anak pertamanya, Prajoyo (32), hilang dua tahun yang lalu.
Keluarga Lutya merupakan keluarga besar buruh nelayan. Rata-rata menjadi ABK kapal nelayan sudah lama. Tohani dan Lutya sendiri mempunyai lima anak, yang semuanya bekerja sebagai ABK nelayan.
"Bapak sebenarnya sudah puluhan tahun semenjak belum nikah sudah bekerja di laut. Dan kemarin, baru berangkat seminggu. Itu pertama kali ikut kapal yang itu (KM Makmur Rejeki)," kata Lutya.
Sebelumnya, Tohani ikut kapal lainnya dari Jakarta. Kepergian anak pertama yang dinyatakan hilang di Samudera Hindia, kemudian suaminya membuatnya sedih. Saat ini, anak kedua dan keempat juga tengah berada di lautan bekerja sebagai ABK.
"Sangat sedih. Anak-anak saya semuanya nelayan. Yang terakhir nelayan tapi saat ini lagi tidak berangkat. Kalau tidak melaut, harus kerja apalagi," tuturnya.
Lutya sendiri tidak mempunyai firasat apa-apa, saat Tohani pemitan untuk berangkat ke Pati seminggu lalalu. Itu adalah kepergian suami untuk selama-lamanya.
"Tidak ada firasat apa-apa. Hanya saja, dia (korban) membawa semua identitas lengkap tidak seperti sebelum-sebelumnya. Semua KTP, yang dia miliki ada dua juga dibawa semuanya," kata dia.
Dirinya hanya bisa berharap agar jenazah suaminya segera dipulangkan ke rumah duka untuk dimakamkan.
Sementara itu, warga Desa Tratebang, Kecamatan Wonokerto sebagian besar sekitar 80 persen bekerja sebagai ABK nelayan. Beberapa korban yang hilang maupun yang selamat merupakan warga desa itu. Pihak pemerintah desa berharap korban kecalakaan laut itu bisa segera dipulangkan ke Pekalongan.
(bgs/bgs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar