
TEMPO.CO, Jakarta -Ribuan kotak kardus tampak bertumpuk di jajaran rak di gudang perusahaan startup Iruna eLogistics, Jalan Agung Karya, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pekan lalu. Kotak berisi aneka produk itu disusun berkelompok di area palet, area pendingin, rak untuk barang kering, juga kompartemen khusus dengan tingkat pengamanan tinggi.
"Setiap barang yang masuk gudang kami cek, foto, beri label, dan kami simpan sesuai dengan kelompoknya," kata Vice President Fulfillment Operation Iruna eLogistics, Purwanto Aji Kusuma.
Di gudang seluas 5 ribu meter persegi itu, kata Aji, tersimpan 150 ribu unit barang beraneka jenis, dari makanan kering dan beku, kosmetik, produk fashion, keperluan rumah tangga, hingga elektronik. Selain disimpan berkelompok sesuai dengan jenis dan karakter masing-masing, barang-barang itu diberi label khusus agar gampang dicari.
Meski gudang tampak penuh, ternyata kapasitasnya baru terisi 40 persen. Menurut Aji, barang-barang yang disimpan di gudang Iruna adalah milik perusahaan dan merek ternama, seperti Unilever, Sophie Martin, dan Ardilles. Semuanya adalah rekanan Iruna, penyedia jasa logistik berbasis teknologi informasi. Selain bekerja sama dengan perusahaan besar, Iruna, yang beroperasi sejak April lalu, melayani jasa simpan-antar barang bagi pengusaha kecil, terutama penyedia jasa perdagangan online atau e-commerce.
Pendiri dan Kepala Eksekutif Iruna, Yan Hendry Jauwena, mengklaim perusahaannya berbeda dengan penyedia jasa logistik lainnya. "DNA kami perusahaan teknologi," kata dia saat berkunjung ke kantor Tempo, akhir Oktober lalu. Layanannya pun lebih lengkap ketimbang perusahaan logistik lain, yakni meliputi penjemputan dan penyimpanan produk di gudang atau fulfillment center, foto produk, pemasaran di situs jual-beli (marketplace), pengemasan barang, hingga pengiriman.
Saat mendirikan perusahaan ini, Yan mengaku terinspirasi oleh kiprah Amazon di Amerika Serikat. Bedanya, kata dia, Amazon mendirikan marketplace sendiri. "Kami menyiapkan 'bagian belakang' dari ekosistem marketplace, yaitu logistik," ucap dia. Iruna, yang kini beroperasi dengan 65 karyawan, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan: 300 persen per bulan. "Padahal bulan pertama beroperasi kami hanya menyimpan dan mengantar 180 paket," katanya.
Meski baru berdiri, Iruna sudah memiliki infrastruktur yang mumpuni, yakni gudang di Jakarta seluas 5.000 meter persegi dan di Surabaya seluas 3.000 meter persegi. Yan menargetkan pembukaan gudang baru di Jawa Tengah, Medan, Palembang, Manado, Makassar, Balikpapan, dan Ambon.
Iruna juga menjalankan sistem penyimpanan dan pengiriman barang berbasis teknologi informasi. Dengan sistem dashboard khusus, Iruna mampu melakukan manajemen pergudangan terkomputerisasi. Bahkan, kata Yan, Iruna bisa menjalankan channel management atau satu akses ke semua platform marketplace yang menjadi mitra mereka. "Ketimbang harus berdagang satu-satu di setiap marketplace, biar Iruna yang menyalurkan. Sekali unggah, sudah untuk semua platform, tinggal pantau transaksinya."
Ada pula aplikasi Iruna Power Seller (POWS), yang tersedia di Google Play Android. "Customer bisa cek langsung ringkasan penjualan mereka, status pemesanan, status pembayaran, pengiriman, sampai stok barang yang tersedia," ucap Yan. Layanan ini dilengkapi jasa pengemasan atau packing gratis dengan kotak karton berlabel yang tersedia dalam berbagai ukuran.
Dengan serangkaian layanan tersebut, Yan berharap pelaku e-commerce, khususnya pengusaha kecil-menengah, bisa lebih berfokus pada urusan pemasaran dan promosi produk. Kini, perusahaan startup Iruna bekerja sama dengan 70 persen marketplace ternama di Indonesia, antara lain Lazada, BliBli, Berrybenka, Tokopedia, BukaLapak, dan Qoo10. "Kami masuk lewat platformnya, nanti marketplace yang akan meng-endorse mitra penjualnya untuk memakai jasa kami," ujar Yan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar