Liputan6.com, Jakarta - Hubungan antara pemerintah Indonesia dan Taiwan begitu erat. Beberapa kerja sama dalam bidang politik, pertanian dan pendidikan serta kebudayaan adalah segelintir dari upaya kedua negara untuk menciptakan hubungan yang baik.
Selain beberapa bidang tersebut, Taiwan merupakan salah satu negara tujuan terbesar bagi tenaga kerja Indonesia (TKI). Menurut keterangan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Taiwan berada di posisi kedua sebagai negara tujuan terbesar bagi para tenaga kerja Indonesia. Posisi pertama sendiri diisi Malaysia.
Hingga saat ini, jumlah TKI yang ada di Taiwan menyentuh angka 240 ribu orang. Menurut BNP2TKI, salah satu alasan para TKI menyukai Taiwan, karena negara tersebut dianggap ramah.
Permasalahan yang dialami oleh para pahlawan devisa ini memang tak mudah. Kasus penyiksaan dan tak diberi gaji oleh majikan kerap kita dengar lewat media massa.
Namun, tak semua TKI mengalami permasalahan semacam ini. Masih banyak para TKI dan WNI di luar negeri yang berprestasi dan memberi inspirasi banyak orang.
Lewat alasan inilah, pihak Taipei Economic and Trade Office (TETO) mengadakan sebuah acara inspiratif untuk mendengar cerita WNI yang tinggal di Taiwan.
Dalam acara bertajuk "Taiwan dan Saya", TETO menghadirkan tiga wanita Indonesia dari latar belakang yang berbeda. Tiga wanita tersebut adalah Pindy (TKW), Hesti (seorang imigran baru di Taiwan yang menikah dengan pria lokal sekaligus staf ahli dari Global Workers Organization), dan Claudia Syanny Latif (Guru Bahasa Mandarin dan pengusaha).
Kisah inspiratif pertama datang dari Pindy, seorang TKW yang dikenal gigih dan pekerja keras. Selama tinggal di Taiwan, hari-hari Pindy dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan berupa boneka lilin.
"Untuk mengisi waktu senggang, saya mempelajari cara membuat Miniatur Clay (Boneka Lilin Karet)," ujar Pindy saat membagikan cerita hidupnya dalam acara "Taiwan dan Saya" di kantor TETO Jakarta pada Kamis, (7/12/2017) sore.
"Miniatur ini merupakan hasil karya yang memadukan keterampilan tradisional Taiwan dengan karateristik Jawa," ucapnya.
Selama tinggal di Taiwan, Pindy tak hanya mengerjakan tanggung jawabnya sebagai tenaga kerja. Wanita tersebut juga memanfaatkan kesempatan ini untuk terus mempromosikan kebudayaan Indonesia.
Produk ini ternyata laku di pasaran. Banyak warga lokal yang tertarik dengan kerajinan tersbeut. Jika selama ini warga setempat hanya mengenal Miniatur Clay dari boneka Taiwan, kini mereka dapat memiliki versi Indonesia.
Kisah Inspiratif Kedua
Selain Pindy ada pula Hesti, seorang wanita Indonesia yang kini memiliki nama Chou Si-yu. Hesti sendiri sudah menetap di Taiwan selama 10 tahun dan telah menikah dengan pria setempat.
"Pada mulanya, saya merasa bingung dengan kegiatan yang harus saya lakukan. Untuk itu saya tak mau berdiam diri. Harus ada gebrakan yang saya perbuat," ujar Hesti.
"Untuk itu saya mengisi waktu luang dengan bergabung bersama grup teater anak. Lewat kegiatan itu, jaringan saya mulai terbuka dan bergabung dengan salah satu NGO bernama Global Worker Organization," tambahnya.
Global Worker Organization adalah sebuah program pelatihan ilmu kejuruan dan keterampilan yang diadakan khusus bagi pekerja migran di Taiwan, termasuk Indonesia.
Lewat program ini pula, GWO memotivasi para TKI untuk giat dalam bekerja dan mengasah kemampuan untuk bisa berwirausaha. Beberapa kegiatan seperti cooking class dan penyuluhan dibentuk agar para pekerja memiliki keahlian lain.
Tak hanya itu, GWO juga membuat beberapa berita harian dan dalam format bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan agar para TKI juga mengikuti informasi yang beredar.
"Sebuah program talkshow berbahasa Indonesia juga siarkan. Acara ini sangat edukatif karena bekerja sama dengan kantor berita Indonesia yaitu Antara yang berada di Taiwan," ujar Hesti.
"Segala bentuk program yang kami buat di GWO tujuannya untuk membantu warga Indonesia yang berada di Taiwan," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar