Sibuk bekerja bukanlah halangan bagi Setyo Bakti untuk meraih prestasi akademik. Buktinya, meski sibuk bekerja sebagai PNS Polres, dia sukses menyabet predikat wisudawan terbaik Untag Banyuwangi tahun 2017 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna, tepatnya 3,98.
SIGIT HARIYADI, Banyuwangi
KAMPUS Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi "dikepung" karangan bunga Sabtu pagi (16/12). Karangan bunga tersebut dikirim oleh lintas sektor, mulai tingkat Kementerian, Dewan Pimpinan Daerah (DPD), hingga instansi swasta lokal Banyuwangi.
Untag Banyuwangi bukan sedang berduka. Sebaliknya, kampus merah putih tersebut justru tengah diliputi kebahagiaan. Bagaimana tidak, pagi itu Untag Banyuwangi menggelar prosesi Wisuda XXXIII. Melalui prosesi sakral tersebut, 473 wisudawan asal enam fakultas dan 11 program studi (prodi) resmi menyandang predikat Sarjana Strata Satu (S-1).
Nah, pada momen kali ini kebahagiaan berlipat dirasakan wisudawan asal Fakultas Hukum (FH) Untag, Setyo Bakti. Maklum, selain berhasil lulus studi jenjang pendidikan tinggi, pria yang menempuh kuliah program studi (prodi) ilmu hukum, ini juga sukses meraih predikat sebagai wisudawan dengan IPK tertinggi, yakni 3,98.
Padahal selama menjalani studi di Untag Banyuwangi sejak tahun 2013, Setyo juga sibuk bekerja. Artinya, kesempatan belajar yang dimiliki Setyo tidak sebesar mahasiswa lain yang tidak bekerja alias full study.
Ya, sehari-hari Setyo bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Polres Banyuwangi. Dia bekerja di Sub Bagian Humas pada Bagian Operasional (Bagops) Polres. Pria kelahiran Banyuwangi, 24 Juni 1976 tersebut bertugas menjalankan fungsi kehumasan, termasuk menjadi penulis atau narator berita yang ditampilkan di website Polres Banyuwangi.
Handicap lain, selain bekerja dan kuliah, Setyo juga telah berumah tangga. Dia pun harus menjalankan kewajiban sebagai kepala keluarga (KK) bagi sang istri, Wulan Sari, 30, dan dua buah hati mereka, yakni Nazwa Calya Putri Bakti, 9, dan Raissa Amira Putri Bakti, 6.
Karena itu, Setyo harus pandai membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan studi yang dia jalani. Setyo bekerja di Polres Banyuwangi setiap Senin sampai Jumat pukul 07.00 sampai 15.00. Selang satu jam kemudian, tepatnya mulai pukul 16.00 sampai 21.00, Setyo kuliah.
Maklum, meski bekerja, dia kuliah pada kelas regular, bukan khusus alias kelas ekstensi yang "hanya" ngampus pada Jumat sampai Minggu. "Maka, saya harus pandai membagi waktu agar tidak ada komplain dari pihak Polres, kampus, maupun keluarga. Semuanya harus berjalan dengan baik," ujar warga Dusun Kedaleman, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah tersebut.
Setyo mengaku, untuk memperdalam pengetahuan dan ilmu yang didapat di bangku kuliah, maka saat berada di rumah, dirinya menyempatkan diri membaca buku. "Minimal dalam sehari saya membaca buku selama 30 menit sampai satu jam. Bahkan, kalau mood sedang baik, saya membaca buku sampai berjam-jam," kata dia.
Setyo menyampaikan terima kasih kepada Kapolres Banyuwangi yang telah memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menempuh pendidikan jenjang S-1. Apalagi, kadang dia juga terpaksa izin pulang lebih awal karena ada kegiatan kampus yang berbenturan dengan jam kerja.
"Saya juga berterima kasih kepada para Kepala Bagian (Kabag), Kepala Satuan (Kasat) dan rekan-rekan kantor yang banyak memberikan motivasi saya. Terima kasih juga saya sampaikan kepada para dosen FH Untag serta istri dan anak-anak saya," ucapnya.
Setelah lulus kuliah dan menyandang titel Sarjana Hukum (SH), Setyo kini berencana melanjutkan studi ke jenjang strata dua. "Mohon doanya ya Mas. Insya Allah saya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2," pintanya.
Sementara itu, istri Setyo, Wulan mengaku bangga suaminya berhasil meraih IPK tertinggi di antara para wisudawan angkatan 33 Untag Banyuwangi tahun ini. "Sebagai istri, pasti saya bangga," ujarnya sembari tersenyum.
Wulan menambahkan, sehari-hari suaminya gemar membaca. Bahkan, saking senangnya membaca, setiap kali pergi ke luar kota, buah tangan yang Setyo bawa bukanlah makanan atau oleh-oleh khas daerah yang dikunjungi, melainkan buku. "Tapi saya tidak protes. Selama itu positif, saya mendukung," tuturnya.
Masih menurut Wulan, kesibukan bekerja dan kuliah serta kegemaran membaca buku tidak mengurangi perhatian Setyo kepada istri dan dua anaknya. "Mas Setyo orangnya baik. Juga sangat perhatian pada keluarga," pungkasnya.
Kisah Setyo tersebut membuktikan bahwa kesibukan bukanlah halangan untuk meraih prestasi. Kuncinya ada pada niat dan kemauan masing-masing individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar