Tasya, salah satu dari lima korban perdagangan orang, mengungkap alasan mereka kabur dari tempat kerja mereka di sebuah kafe Kota Serui, Papua. "Tersiksa dan sering dipukul mami dan ladies yang sudah lama," dia mengungkapkan.
Selain itu, mereka juga tidak diberi makan. Padahal, ketika pertama kali diajak, segala akomodasi dan keperluan mereka dijanjikan akan ditanggung semua. "Jadi kami berencana untuk lari," kata Tasya.
Mereka kemudian mendapatkan kesempatan untuk kabur saat kafe lagi kosong. Dia dan rekannya Hana lalu kabur dan pergi ke polsek terdekat. Setelah itu keduanya dibawa ke Mapolres Serui.
"Kalau Wulan, Elsya dan Ika ada yang datang ambe (ambil) keluar dan nginap ke rumah tante mereka," ujar dia.
Aparat kepolisian akhirnya berkoordinasi dengan pihak terkait dan kemudian memulangkan mereka kembali ke Manado.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Sulut berencana untuk memberi pendampingan kepada lima korban trafficking yang dipulangkan dari Serui Papua.
"Sekarang kita menyiapkan untuk memediasi mereka, di sini juga ada dokter, psikolog, dan terapis," ujar Kepala Dinas, Mieke Pangkong, Selasa (5/12/2017).
Selain itu, Dinas P3A juga akan mendata korban dan membuat berita acara, karena mereka datang dengan dikawal anggota Polres Serui. Dia membeberkan, pihaknya mendapat informasi dari salah satu LSM, ada korban trafficking asal Manado yang sedang berada di Polres Serui.
Dari hasil koordinasi didapatkan, data lima orang dan mereka sedang diproses di Polres Serui. Pihaknya pun lalu mengatur waktu untuk memulangkan kembali para korban ke Manado.
"Setelah itu kami melakukan penjemputan dengan melibatkan Satgas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak," Mieke memungkasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar