Kamis, 14 Desember 2017

Kisah Perjuangan Pertamina Distribusikan Energi dari Mata 9 Lensa

JAKARTA - Memasuki usia 60 tahun, Pertamina menghadapi berbagai tantangan di tengah situasi yang bergejolak cepat dalam pelaksanaan tugasnya. Salah satu tugas yang menjadi tanggungjawab Pertamina saat ini adalah program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga.

Kesulitan yang sering dirasakan adalah saat mendistribusikan BBM satu harga ke pelosok daerah di Indonesia. Kendala yang sering dirasakan mulai dari keadaan alam lingkungan yang asing hingga jalanan yang belum memadai. Perjuangan ini menjadi salah satu cerita yang ada dalam buku "60 Tahun Pertamina: Jelajah Energi di Mata 9 Lensa".

BERITA TERKAIT +

"Buku ini hadir untuk merekam 60 tahun Pertamina mengantarkan energi selama ini di ambil dari sudut pandang 9 fotografer Indonesia. Bagaimana setiap cerita di balik pengantaran energi, ini didedikasihkan untuk masyarakat Indonesia, merekalah sumber energi bagi kami, 60 tahun e-book Pertamina," ungkap Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu 13 Desember 2017.

Buku setebal 258 halaman tersebut merekam perjalanan mulai dari eksplorasi dan produksi di tengah laut (PHE ONWJ), produksi dan penyaluran gas kota di Prabumulih, operasional Kilang Balongan, pengembangan panas bumi di Jawa Barat, penyaluran BBM 1 Harga di Papua, distribusi mobil tanki BBM di Paloh Kalimantan, distribusi LPG dengan kapal Ambalat, program CSR pendidikan di perbatasan Sebatik Kalimantan, konservasi Tuntong di Aceh, serta program wirausaha mekanik pelumas di Cilacap.

Kesembilan fotografer ini melakukan perjalanan bersama distribusi energi yang biasa dilakukan Pertamina. Mereka adalah Bea Wiharta, Dwi Oblo, Agus Susanto, Aditya Noviansyah, Rosa Panggabean, Suryo Wibowo, Priyo Widiyanto, Abdul Malik MSN dan Jerry Adiguna.

Mereka berinteraksi langsung dengan para pelaku distribusi energi dan program CSR. Dari titik itulah kemudian diterjemahkan melalui gambar-gambar yang ditangkap oleh lensa kamera dengan balutan cahaya.

Bahkan salah satu fotografer, Bea Wiharta harus merasakan perjuangan mendistribusikan BBM bersama Pertamina di Puncak Jaya, Papua. Pasalnya setelah dua hari berada di sana ia harus memperpanjang masa tinggalnya karena penerbangannya untuk kembali ke Timika harus tertunda disebabkan oleh bandara yang sedang ditutup akibat protes warga terkait masalah lahan.

Selama kurang lebih enam hari, Bea mengikuti perjalanan BBM dari TBBM Timika yang diantar untuk masyarakat di Ilaga. Ia melihat sendiri beragam tantangan yang dihadapi dalam penyaluran BBM tersebut, mulai dari tantangan geografis hingga konflik sosial.

"Dibutuhkan lebih dari sekedar nyali untuk menjalankan program BBM 1 harga ini," kata Bea.

Oscar Matuloh, selaku kurator buku ini menyampaikan, gambar-gambar yang diambil adalah kondisi yang sesuai di lapangan karena tidak ada intervensi yang dilakukan oleh Pertamina.

"Tidak ada intervensi konten dalam pelaksanaan kolaborasi energy dan cahaya ini. Dari sana kita dapat menyimak secara subyektif, bagaimana para fotografer menafsir jelajah energi mulai dari eksplorasi, produksi dan distribusi yang menembus belantara kendala," ungkap Oscar.

Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito mengatakan, hadirnya buku ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh bagi masyarakat bagaimana kondisi sebenarnya penyaluran energi yang dilakukan Pertamina ke pelosok negeri. 

"Buku ini juga sekaligus sebagai apresiasi kepada para pekerja Pertamina dan bentuk terimakasih kami untuk masyarakat Indonesia atas dukungannya kepada Pertamina selama ini," tukasnya.

(hth)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search