Asmir mengalami lumpuh saat masih muda pada 2004. Ia waktu itu masih bekerja di sebuah pabrik di kawasan Jawilan, Kabupaten Serang. Bekerja di pabrik sepanjang hari, bahkan kadang sampai malam.
Suatu pagi, ibunya yang bernama Umiyati (66) kaget melihat anakanya tiba-tiba pincang. Asmir kesulitan berjalan entah karena apa. Keesokan harinya, bahkan ia tidak bisa bergerak. Asmir layu di dalam kamar.
Keluarga pun terkejut, dan membawa Asmir ke dukun, kiai hingga dokter di rumah sakit Rangkas tapi tak kunjung sembuh. Bahkan, keluarga pernah membawanya ke Sungai Cibeurum. Mengikuti arahan mistis demi kesembuhan anak pertamanya.
"Teu meunang ka ubar (nggak bisa diobatin), berobat ka Rangkas, dukun udah apalagi pengen anak sembuh," katan Umiyati kepada wartawan di Jawilan, Kabupaten Serang, Banten, Senin (8/1/2018).
Pada 2008, saat dapur keluarga Umiyati roboh, Asmir dipindahkan ke gubuk di belakang rumah. Tanpa pintu dan hanya seukuran kasur kapas. Ia tinggal di situ seorang diri hanya memakai sarung.
Menurut Umiyati, semenjak tahu bahwa Asmir mengalami lumpuh, perilaku anaknya berubah. Semakin pendiam dan selalu nelangsa. Kadang berubah jadi pemarah apabila permintaannya tak dipenuhi.
Sepanjang 10 tahun, keluarga terpaksa menempatkan Asmir di gubuk. Meskipun hujan, angin atau sekali pun panas, keluarga tak sanggup memindahkan Asmir. Selain karena Asmir semakin pemarah, keluarga pun bingung mau menempatkan ke mana. Tawaran agar masuk ke dalam rumah selalu ditolak, Asmir sudah semakin sulit diobati.
|
Meskipun prihatin, keluarga tetap memberikan perhatian. Menurut Umiyati, hanya ia yang mengurus Asmir selama 14 tahun semenjak kelumpuhan. Setiap hari anak pertamanya diberi makan secukupnya, meskipun sudah tak sanggup memberikan pengobatan.
|
Umiyati mengatakan, Asmir sebetulnya terdaftar di penerima jaminan kesehatan milik negara. Namun, karena terbentur ongkos, kelurga tak sanggup membawanya ke rumah sakit. Selain itu, Asmir yang semakin pendiam juga menjadi pemarah ketika ingin diobati atau dipindahkan.
"Meskipun dibawa nggak bakakan mau, kalau dibawa dia ngamuk," katanya.
Karena sudah belasan tahun, saat ini keluarga pun pasrah. Yang penting, menurut Umiyati, anak pertamanya tetap bisa hidup. Yang terpenting menurutnya Asmir diberika makan. Jika ada tambahan, maka keluarga kadang memberi rokok atau kopi.
(bri/asp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar