KAISAR Romawi, Claudius II, melarang para prajuritnya untuk menikah demi membangun sebuah tentara yang kuat. Ia percaya bahwa keengganan para pria di Romawi untuk bergabung dengan tentara karena ikatan yang terlalu kuat dengan para istri dan keluarganya.
Demi menyelesaikan masalah itu, Kaisar Claudius II melarang segala bentuk pernikahan serta pertunangan di Roma. Ada satu orang yang berani menentang sang kaisar, namanya Pastor Valentinus.
Sang pemuka agama yakin bahwa dekrit kerajaan yang dikeluarkan Claudius II itu sangat tidak adil dan tidak berperikemanusiaan. Pastor Valentinus mengabaikan perintah sang kaisar dan terus menikahkan para pemuda dan pemudi secara diam-diam.
Ketika aksi Valentinus itu terbongkar, Kaisar Claudius II memerintahkan agar dia segera ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Melansir dari History, Rabu (14/2/2018), Valentinus ditangkap dan diseret hingga ke Prefek Romawi yang menjatuhkan hukuman mati dengan cara dipukuli dan kepalanya dipenggal.
Menurut cerita yang beredar, Valentinus dieksekusi mati pada 14 Februari 278. Versi lainnya menuturkan bahwa Valentinus sempat meninggalkan surat perpisahan kepada anak perempuan dari sipir penjara, yang menjadi temannya selama dihukum, dengan dibubuhi tulisan 'Dari Valentinus-mu'.
Atas jasanya itu, Valentinus kemudian dijadikan seorang santo atau orang suci dalam ajaran Gereja Katolik Roma. Namanya pun berubah menjadi Santo Valentinus.
Namun, asal-usul sebenarnya dan identitas asli Santo Valentinus hingga kini belum diketahui dengan jelas. Menurut Ensiklopedia Katolik, "Setidaknya ada tiga Santo Valentinus yang berbeda, semuanya adalah martir, yang disebutkan dalam daftar martir di bawah tanggal 14 Februari." Yang pertama adalah Pastor di Roma, kedua adalah Uskup di Interamna (saat ini dikenal sebagai Terni, Italia), dan yang ketiga Santo Valentinus yang menjadi martir di Afrika.
Sejumlah cerita pun bermunculan mengenai nama sang martir hingga bisa dikaitkan dengan romansa. Tanggal 14 Februari, hari kematian Valentinus, mungkin sudah bercampur aduk dengan Pesta Lupercalia, festival cinta dalam kebudayaan pagan.
Pesta Lupercalia dirayakan dengan cara memasukkan nama gadis-gadis muda dalam sebuah kotak untuk kemudian diundi dan dipasangkan dengan seorang pria. Pada 496, Paus Gelasius memutuskan untuk mengakhiri budaya Pesta Lupercalia dan mengumumkan bahwa 14 Februari akan dirayakan sebagai Hari Santo Valentinus.
Gereja Katolik merayakan Hari Santo Valentinus sejak 496 hingga secara resmi diakhiri 1969. Akan tetapi, sejumlah Paroki masih merayakan Hari Santo Valentinus meski tidak banyak. Hari ini, 14 Februari menjadi hari di mana orang-orang saling berbagi pesan cinta dan hadiah bagi orang-orang yang dikasihinya.
(war)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar