1. Kata Setya Novanto, Ada Uang E-KTP ke Puan Maharani dan Pramono Anung
Terdakwa kasus korupsi pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-KTP) Setya Novanto menyebut ada uang hasil korupsi yang mengalir kepada dua politisi PDI Perjuangan, yakni Puan Maharani dan Pramono Anung.
Menurut Novanto, keduanya masing-masing mendapatkan 500.000 dollar Amerika Serikat. Hal itu dikatakan Novanto saat sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (22/3/2018).
"Bu Puan Maharani Ketua Fraksi PDI-P dan Pramono adalah 500.000. Itu keterangan Made Oka," kata Setya Novanto kepada majelis hakim.
Menurut Novanto, pada suatu waktu pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong dan Made Oka Masagung datang ke rumahnya. Menurut Novanto, saat itu Oka menyampaikan bahwa ia sudah menyerahkan uang kepada anggota DPR.
Pramono dan PDI-P bantah
Pramono Anung membantah pernyataan Novanto. Ia menegaskan, saat proyek e-KTP bergulir, ia memang menjabat wakil ketua DPR.
Namun, jabatannya itu tak berkaitan dengan Komisi II yang membahas proyek e-KTP. "Periode 2009-2014, saya pimpinan DPR yang membawahi dan mengoordinasikan Komisi IV sampai dengan Komisi VII. Sama sekali tidak berhubungan dengan Komisi II dan juga sama sekali tidak berhubungan dengan Badan Anggaran," ujar Pramono saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta Kamis.
"Logikanya, kalau ada yang memberi (uang), pasti yang berkaitan dengan jabatan dan kedudukannya. Dalam hal ini, saya tidak pernah ngomong satu kata pun yang berkaitan atau berurusan dengan e-KTP," lanjut Sekretaris Kabinet itu.
Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto juga membantah pernyataan Novanto tersebut.
Hasto mengatakan, saat proyek e-KTP dijalankan, PDI-P sebagai oposisi tidak memiliki menteri di pemerintahan sehingga tidak ikut mendesain. Karena itu, ia merasa saat ini seolah ada upaya menyudutkan PDI-P melalui kasus tersebut.
"Kami bukan dalam posisi designer, kami bukan penguasa. Dengan demikian, atas apa yang disebutkan oleh Bapak Setnov (Setya Novanto), kami pastikan tidak benar, dan kami siap diaudit terkait hal tersebut," kata Hasto melalui keterangan tertulis, Kamis.
Ia menambahkan, saat ini seperti ada upaya seorang terdakwa menyebutkan banyak nama di dalam persidangan agar dijadikan justice collaborator (JC).
Baca selengkapnya: Kata Setya Novanto, Ada Uang E-KTP ke Puan Maharani dan Pramono Anung
2. Viral, Pengemudi Ojek "Online" Dipaksa Nikahi Penumpang Wanita

Saat dikonfirmasi, Sadarul membantah bahwa dirinya bukanlah pengemudi ojek online. Namun, kejadian dirinya dipaksa untuk menikahi perempuan yang diboncengnya adalah benar dialaminya.
Sadarul mengatakan, hari itu, Rizal, temannya yang adalah pengemudi ojek online menghubunginya. Rizal minta tolong untuk mengantarkan teman wanitanya yang bernama Amelia Dewi.
Dia pun menyanggupi lalu menjemput Amelia di Jalan Hertasning yang tak jauh dari rumah kosnya.
Saat bertemu, Amelia meminta mampir dulu ke rumah kos Sadarul di Jalan Emisaelan untuk minum air putih karena kehausan. Dia mengaku baru saja selesai berolahraga.
Tanpa curiga, Sadarul membawa Amelia ke rumah kosnya yang memang tak jauh dari lokasi jemputannya.
"Jadi baru sehari sudah ketemu, besoknya Amelia datang lagi ke rumah kos dan memaksa saya mengantarkan dirinya untuk jalan-jalan. Tapi saya tidak bisa karena saya baru tiba dari kampung di Kabupaten Takalar," kata Sadarul.
Baca juga : Viral, Pengemudi Ojek Online Dipaksa Nikahi Penumpang Wanita
3. Unik, Pernikahan Dua Mempelai Anies dan Jokowi di Madura

Namun, undangan ini benar adanya. Resepsi pernikahan antara Jokowi (Joko Widodo) dan Chairun Nisya Aziz (Anies) telah digelar di Gedung Rato Ebu Syarifah Ambami di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (18/3/2018).
Mempelai wanita, Anies, tidak menyangka, undangan pernikahannya akan viral. Dia mengatakan, undangan tersebut diunggah di akun media sosial oleh teman-temannya saat acara resepsi digelar.
Anies menuturkan, undangan "The Wedding of Anies and Jokowi" itu dikonsep oleh temannya. Nama yang tertera di undangan pun sebenarnya adalah nama mereka. Meski bernama Chairun Nisya Aziz, dia kerap dipanggil Anies sejak dulu.
Sementara suaminya, Joko Widodo akhirnya juga dipanggil Jokowi oleh teman-temannya sejak mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjabat sebagai Presiden RI pada 2014. Meski sedikit nyerempet nama tokoh politik, Anies mengaku langsung cocok konsep undangan buatan temannya itu.
4. Bahagianya Nyak Sandang, Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama RI, Saat Bertemu Presiden...

Pada Rabu (21/3/2018) petang, selepas maghrib, ia bertemu Presiden Jokowi di Istana Presiden, Jakarta.
"Ini Pak Jokowi, Ayah," kata Maturidi, salah satu putranya, kepada Nyak Sandang, ketika Presiden berdiri di hadapannya.
Penglihatan Nyak Sandang sudah mulai kabur seiring usianya yang sudah memasuki 91 tahun karena penyakit katarak. Nyak Sandang terbang ke Jakarta dari kampung halamannya di Aceh pada Selasa (20/3/2018). Ia senang luar biasa.
Nyak Sandang terus berkata-kata memakai bahasa tradisional Aceh saat bertemu Presiden. "Dia (Nyak Sandang) senang sekali bisa bertemu Presiden," kata Maturidi kepada Presiden, menerjemahkan kata-kata yang diucapkan ayahnya.
Baca selengkapnya: Bahagianya Nyak Sandang, Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama RI, Saat Bertemu Presiden...
5. Prabowo Ungkap Pidatonya soal Indonesia Bubar Tahun 2030 atas Kajian Ahli Intelijen
Prabowo ingin menyampaikan skenario tersebut sebagai sebuah peringatan bagi Pemerintah Indonesia untuk tidak menganggap enteng berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan, kesenjangan ekonomi, penguasaan sumber daya, hingga persoalan lingkungan.
Lebih lanjut ia mengatakan, masih banyak pihak asing yang hingga kini berusaha mengganggu kedaulatan Indonesia, seperti pada masa penjajahan di masa lalu.
"Sesudah perang kemerdekaan mereka tetap Indonesia mau dipecah dari dulu selalu. Nah ini sekarang masih ada tulisan seperti itu bahwa Indonesia ini oleh ahli masih dianggap tahun 2030 sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia jangan terlalu lugu akan ancaman pihak luar terhadap kedaulatan Indonesia. Sebab, berbagai kekayaan manusia, sumber daya alam, hingga kebudayaan menjadi sasaran perebutan pihak asing.
"Bahwa banyak iri sama kita banyak yang tidak punya sumber daya alam jadi mereka inginnya menjadi kaya dari kita, kita disuruh miskin terus jadi ini fenomena ya," kata dia.
Baca juga : Prabowo Ungkap Pidatonya soal Indonesia Bubar Tahun 2030 atas Kajian Ahli Intelijen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar