Jumat, 09 Maret 2018

Kisah Sakitku

Oleh: KH HUSIN NAPARIN
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalsel

Pembaca yang budiman, izinkanlah dalam ruang fikrah kali ini, penulis tahadduts-bin-ni'mah. Dengan sakitnya penulis, Allah SWT ingin menunjukkan betapa banyaknya rahmat (kasih sayang) yang dianugerahkan-Nya kepada penulis.

Dini hari, Kamis (15/2) sekitar pukul 4.00 wita aku dibawa ke RS Islam Banjarmasin karena serangan vertigo, kurasakan alam semesta berputar cepat. Di UGD, aku diperiksa dan diputuskan harus rawat inap. Ributlah orang banyak, terutama keluarga.

Seumur-umur aku tinggal di Banua Banjar, tidak pernah masuk rumah sakit karena sakit. Akhirnya tiga hari tiga malam, aku baru dibolehkan pulang. Aku mulai beraktivitas memenuhi sejumlah acara yang telah terjadwal. Seminggu kemudian, Ahad malam aku mengisi pengajian rutin di Masjid Raya Sabilal Muhtadin, terasa capek sekali dan aku merasa sesak nafas.

Subuh Senin (26/2), dini hari aku harus dibawa lagi ke RS yang sama, aku harus masuk ICU. Paru-paruku penuh cairan, lambungku terganggu, terjadi pembengkakan di jantungku. Aku dirawat oleh para dokter penyakit dalam Muhammad Rudiansyah dan Meldy Muzada Elya, untuk jantung oleh Dwi Laksono Adiputro dan Agung Hadi Susanto, dan untuk paru-paru oleh Hasan Zain. Menurut anak angkatku, semua obat yang diberikan adalah obat-obat paten; Seandainya tidak berhasil maka wallahu'alam.

Sepertinya orang tambah ribut. Banyaklah yang mengujungiku, para ulama, sahabat, dan handai taulan, dan para umara, antara lain Kapolda Kalsel. Pejabat yang tidak sempat berkunjung mengutus utusan mengunjungiku, antara lain Bupati Tanah Bumbu, Wali Kota Banjarbaru, Kemenag Kalsel, dan kepala kantor Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Kalsel.

Karena banyak pengunjung, para dokter yang merawat aku berusaha membatasi tamu, sampai sampai Hj Lily Runtuwene (anak angkatku) membuat tulisan di depan pintu: "Maaf KH Husin Naparin tidak diperkenankan menerima tamu."

Tepat waktu itu, H Haris Makkie (Sekda Prov Kalsel) utusan Gubernur Kalsel datang. Beliau mafhum, sehingga hanya menemui istriku. Karenanya, ibu-ibu yang datang dari Basirih dan lain lain dengan beberapa buah taksi kuning jangan kecewa. Namun demikian, ada juga yang diizinkan masuk. Remang-remang aku melihat wajah Bapak H Ansharuddin, Bupati Balangan ada di sisiku, kemudian Sultan H Khairul Saleh beserta istri.

Kepada pengunjung yang banyak itu, diizinkan menengukku di luar kamar ICU lewat kaca jendela. Aku dilarang mengangkat tangan. Jangankan mengangkat tangan, keluar angin, dan BAB dilarang mengejannya, bahkan aku harus makan bubur kerena dilarang mengunyah; karena semua itu mengganggu cepatnya penyembuhan.

Sesekali aku melihat mereka, ada yang aku kenal dan ada yang tidak. Aku terus berjuang mencari napas. Kakak angkatku, KH. Muhammad dari Alabio (Rais Syuriah NU Kalsel) menawarkan pengawalan banser, namun oleh keluarga dikatakan tidak usah. Beberapa hari kemudian aku mulai membaik. tamu tetap berdatangan. Lalu aku diisolir di kamar khusus.

Pada kesempatan itu, sempat berkunjung tokoh banua Pangeran H Rusdi Effendi dan Bupati HSU, H Abdul Wahid. Alhamdulillah, sekarang aku sudah bisa pulang ke rumah. Dengan berkat doa para ulama sebanua, umara se-Kalsel dan semua jemaah/umat Islam, baik yang sempat berkunjung maupun yang tidak, kesehatanku sekarang kembali seperti semula. Namun aku harus tetap istirahat, sehingga sementara waktu semua jadwal pengajianku di mana-mana diliburkan.

Terima kasih kepada semua dokter, perawat dan semuanya. (*)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search