Saudara-saudaranya memanggilnya Pipin. Dia merupakan anak sulung dari sebelas bersaudara. Pada 14 Maret lalu, usia Pipin menginjak 73 tahun. Di kalangan 'pemain' industri minyak dan gas, juga pertambangan dan energi, siapa tak kenal Pipin. Dialah Arifin Panigoro. Bisa dibilang dialah raja minyak di negeri ini.
"Arifin memang bercita-cita menjadi orang kaya. Dia selalu bilang, 'Gue ingin jadi orang kaya,'" kata Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Negara Lingkungan Hidup periode 1993-1998 dan senior Arifin di kampus Institut Teknologi Bandung, dikutip dalam buku, Tak Henti Berbagi: 70 Tahun Arifin Panigoro.
Bukan cuma pengusaha kaya raya pendiri dan pemilik Medco Energi, perusahaan minyak swasta nasional terbesar di negeri ini, tapi Arifin juga bukan pengusaha 'biasa-biasa' saja. Dia pernah nyemplung dalam hiruk-pikuk politik di era awal reformasi sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di DPR. Dia juga pernah habis-habisan bertarung di Senayan untuk mereformasi pengelolaan kompetisi sepakbola di bawah payung Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Meski ayahnya, Jusuf Panigoro, juga seorang pengusaha, Arifin tak tumbuh di keluarga yang kaya raya. Ayahnya meninggal hanya beberapa tahun setelah dia lulus kuliah. Walhasil, Pipin harus jadi tulang punggung keluarga dan menggantikan peran ayah bagi sepuluh adiknya. Bukan banyaknya duit yang jadi modal utama Arifin dan teman-teman kampusnya saat memulai usaha. Inovasi, kerja keras, menjaga kepercayaan dan kelihaian menjalin relasi adalah kunci usaha mereka.
Sejak masih kuliah, Arifin sudah menyandang julukan Mister Flexi dan Mister Optimis, lantaran kepercayaan diri dan keluwesannya dalam bergaul. "Supplier panel listrik kami di Glodok hanya percaya kepada Arifin karena kepintarannya ngomong. Kalau Arifin yang ngomong, mereka mau kasih barang dulu tanpa jaminan. Tapi kalau saya yang ngomong, mereka tak mau kasih barang," Daniel Mangindaan, teman lama Arifin saat merintis usaha lewat CV Corona Electric di Bandung pada awal 1970-an, menuturkan.
Kadang tak cukup hanya percaya diri yang jadi modal Arifin dan teman-temannya dalam berbisnis, tapi juga nekat. Bambang Subianto, mantan Menteri Keuangan dan teman Arifin di ITB, punya cerita soal kenekatan sobatnya itu. Setelah lulus dari kampus Ganesha, Bambang sempat bekerja di pabrik cat. Suatu kali perusahaannya ingin memasang mesin baru di pabrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar