Minggu, 01 April 2018

Kisah Puluhan Tahun Tinggal di Sudut Makam, Mbah Jono Tetap Bahagia

Laporan wartawan Tribun Jateng, Ponco Wiyono

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Pernah digusur hingga huniannya kebakaran, namun Sujono atau akrab disapa Mbah Jono (87) masih setia menempati "rumahnya", gubuk kecil di sudut komplek pemakaman Sasono Mukti di belakang Pasar Rejosari Kecamatan Tingkir.

Di sana, lelaki sebatang kara itu menyibukkan diri dengan mengelola keindahan makam hingga memunguti sampah pasar yang masih bisa dipakai demi menghidupi diri.

Saat Tribun mengunjunginya pekan lalu, Mbah Jono masih asyik menambal keranjang anyaman bambu yang biasa ia gunakan untuk menampung sampah-sampah pungutannya.

Tanpa sungkan ia mempersilakan tamu dadakan mendekat ke gubuknya, sebuah bangunan papan kayu berukuran tiga kali tiga meter dengan satu bilik.

Di halaman, berbagai barang tampak terserak, baik itu perlengkapan pribadinya maupun barang hasil pungutan di tempat sampah seperti alas kaki bekas yang jumlahnya mencapai belasan.

"Hari ini makam sepi tapi biasanya sewaktu-waktu ada pihak keluarga yang datang menjenguk. Seperti ini tadi," katanya dalam bahasa Jawa menunjuk salah satu makam yang bertaburkan bunga-bunga di atasnya.

Sejarah keberadaan Mbah Jono di makam tersebut terasa samar-samar, hal ini lantaran yang bersangkutan tak mengingat secara pasti kapan pertama kali datang dan kemudian tinggal di sana.

Mengenai asal-usulnya sendiri, Mbah Jono mengaku berasal dari Dusun Kluwungan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

"Dulu saya di sini menjadi tukang sapu, upahnya Rp 100. Di dekat pasar itu dulu ada banyak rumah tapi kemudian digusur dan semuanya pindah kecuali saya sampai akhirnya semua pekerjaan saya jalani di sini dan setelah usia semakin tua saya menjadi penjaga makam," ungkapnya dengan intonasi yang jelas.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search