
jpnn.com - Ratusan pendaki tengah memasak, mengopi, atau tiduran di batas terakhir pendakian, saat Gunung Merapi mengalami letusan freatik, Jumat (11/5) pagi.
TRI WIDODO, Boyolali
SUARA bergemuruh itu benar-benar mengagetkan Fajar Sidiq. Apalagi disusul kepulan asap tebal. Jelas sudah, Merapi tengah "batuk".
Padahal, saat itu Fajar dan banyak pendaki lain tengah berada di kamp Pasar Bubrah. Itu batas terakhir pendakian. Di atas mereka sudah puncak.
Bayangkan, berada sedekat itu dengan pusat letusan gunung paling aktif di dunia. "Saya dan kawan-kawan langsung lari mencari perlindungan. Di mana saja yang kami rasa aman," kata Fajar kepada Jawa .Pos Radar Solo yang menemuinya di kawasan base camp Selo, Boyolali, Jawa Tengah.
Letusan Jumat pagi memang tipe freatik. Hanya sekali dan yang dimuntahkan Merapi adalah abu vulkanis, pasir dan material piroklatik. Bukan wedhus gembel alias awan panas yang menewaskan begitu banyak orang di letusan besar terakhir Merapi pada 2010.
Tapi, nun di atas sana, siapa yang tahu itu jenis letusan apa. Meski batuknya sekali, tetap saja sangat menggetarkan. Apalagi, ada 160 pendaki di kawasan Merapi saat letusan itu terjadi.
Sopan Pangestu, pendaki lain, seperti halnya Fajar, mengaku sangat panik saat gemuruh terdengar dari puncak. Padahal, ketika itu dia baru saja memasak sayur untuk sarapan pagi sebelum turun.
-
Rabu, 09 Mei 2018
Indonesia Peringkat 5 Penyumbang Plastik Terbesar Dunia, Kaka Slank Lakukan ini... -
Jumat, 11 Mei 2018
Benarkah soal Pendapatan jadi Alasan Jhonny Hengkang dari OM PMR? -
Jumat, 11 Mei 2018
Arie Untung Panggil Ustad dihari Puasa Pertama untuk ini... -
Senin, 07 Mei 2018
Ini Alasan Yura Yunita Tolak Tawaran Bermain Film -
Senin, 07 Mei 2018
Jalani Ramadhan Pertama Usai Berhijab, Begini Perasaan Chacha Frederica -
Jumat, 11 Mei 2018
Suasana Proses Evakuasi 160 Pendaki di Merapi -
Jumat, 11 Mei 2018
Gandeng Marjinal, OM PMR Rainkarnasi Lewat Dua Single Terbaru -
Jumat, 11 Mei 2018
Keterangan Pers Polri Soal Penikaman Anggota Intel Brimob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar