Rabu, 30 Mei 2018

Kisah Yayuk Basuki Raih 2 Emas Asian Games 1990: Modal Nekat

TEMPO.CO, Jakarta - Eks atlet tenis putri Indonesia Yayuk Basuki akan selalu terkenang pada Asian Games 1990 di Beijing, Cina. Menjadi salah satu atlet andalan Indonesia, Yayuk mengatakan saat itu perjuangan yang harus dilakukan sangat berat. 

Perhatian dari pemerintah terhadap dunia olahraga dinilai masih kurang. Yayuk yang saat itu membutuhkan latihan di Jepang pun kesulitan mendapat dana. Alhasil Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pun bergerak sendiri mencari dana bagi Yayuk dan kawan-kawan.

"KONI bilang ada uang 1.000 dollar (AS) untuk biaya hidup sebulan di Jepang. Saya pusing karena untuk negara Asia, Jepang itu negara termahal (biaya hidupnya)," ujar Yayuk saat bercerita di Rumah Dinas Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, di Kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin, 28 Mei 2018. 

Bersama rekan setimnya Yayuk pun berusaha bertahan dengan ongkos seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka pun mengakali dengan hal yang mereka mampu, yaitu lewat tenis. Sambil berlatih mereka ikut di berbagai turnamen kecil yang diselenggarakan di Jepang. 

"(Turnamen) tenis kan hadiahnya uang. Meski mulai dari turnamen kecil, kita harus juara. Kalau dapat juara, (uangnya) bisa untuk nutupin biaya hotel. Jadi dengan uang itu kita bisa survive," kata Yayuk mengenang.

Kerja keras Yayuk berbuah manis. Ia berhasil menyumbang dua medali emas di Asian Games 1990 Beijing dari dua nomor ganda. Di nomor ganda putri ia berhasil meraih podium juara bersama pasangannya Suzanna Anggarkusuma. Sedang di sektor ganda campuran ia juara bersama Hary Suharyadi.

Meski dengan segala keterbatasan yang ada Yayuk mengatakan tiap atlet harus punya semangat berjuang yang tinggi. Mereka harus sadar bahwa mereka membawa nama negara di kancah internasional. Karena itu ia mengaku senang dengan dukungan pemerintah terhadap dunia olahraga saat ini.

Bonus besar dijanjikan bagi peraih medali emas di Asian Games 2018 mendatang. Pada zamannya, Yayuk mengaku bonus setelah menjadi juara adalah hal yang sangat mewah dan tak banyak diberikan pemerintah.

"Dulu hampir gak ada bonus. Ada sih uang Rp 500 ribu, sebagai uang ucapan terima kasih," kata wanita yang saat ini menjadi anggota Komisi X di Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Yayuk pun berharap para atlet saat ini bisa lebih termotivasi untuk memberikan hasil maksimal. Selain sarana dan prasaran yang lebih mendukung, dukungan pemerintah pun jauh lebih terasa dibanding pada masanya dahulu. Meski begitu, ia meminta atlet-atlet saat ini tak hanya berorientasi pada soal materi saja.

"Saya ingin adik-adik (atlet) mengubah mindset kalian dari sekarang, agar ini bukan saja untuk uang. Kalian harus sadar bahwa kalian ini membawa nama negara, bahwa kalian ini dibutuhkan Indonesia," kata dia.

Yayuk Basuki tercatat sebagai salah satu penyumbang medali emas terbanyak bagi Indonesia selama Asian Games digelar. Ia tercatat menyumbang emas pertamanya di umur 16 tahun pada Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan pada nomor ganda putri. Empat tahun kemudian dua emas ia sumbangkan di Asian Games 1990 Beijing.

Pada Asian Games 1994 di Hiroshima Jepang, ia hanya berhasil menyumbang perak setelah kalah bertanding dengan wakil tuan rumah. Ia emas terakhirnya di nomor tunggal putri saat Asian Games 1998 di Bangkok. Saat itu ia menaklukan tunggal putri andalan tuan rumah, Tamarine Tanasugarn di partai final.

EGI ADYATAMA 

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search