Sabtu, 16 Juni 2018

10 Alasan Serial 13 Reasons Why Populer di Kalangan Remaja

Jakarta: Kisah kelam Hannah Baker dikemas dalam sebuah kotak berisi 13 rekaman kaset pita. Diangkat dari pengalaman nyata kehidupan seorang remaja putri di Amerika Serikat, serial remaja 13 Reasons Why - yang ditayangkan oleh Netflix - mengangkat cerita perundungan yang dialami Hannah Baker hingga memutuskan untuk bunuh diri.

Serial ini menjadi populer di kalangan remaja Amerika bahkan telah ditonton penikmat film dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Kendati mengangkat kisah hidup remaja di Negeri Paman Sam, ada hal menarik yang membuat serial yang dikembangkan Brian Yorkey dari novel berjudul sama karya Jay Asher (rilis 2007), ikut menarik perhatian penikmat film di Indonesia.

Medcom.id merangkum setidaknya ada 10 alasan yang membuat serial 13 Reasons Why populer di kalangan remaja.

1. Gambaran gejolak asmara di usia remaja

Masa remaja adalah masa di mana mereka mulai memiliki ketertarikan lebih dengan lawan jenis. Hannah Baker sebagai anak baru di sekolah menjadi sorotan siswa lain. Sebagai anak baru, ia menarik beberapa pasang mata pria di sekolah. Di antaranya Justin Foley dan Clay Jensen.

Hubungan Hannah dan Justin menggambarkan gejolak asmara di kalangan remaja yang sedang menggebu-gebu. Sampai akhirnya, hubungan mereka justru menjadi awal petaka alasan Hannah ingin bunuh diri.

2. Ada jarak antara remaja dan orangtua

Hannah yang sedang kasmaran membuat jarak dengan orangtua. Perilaku ini kerap kali muncul di kalangan remaja pada umumnya lantaran dianggap belum cukup dewasa untuk menjalani hubungan asmara atau merasa takut mendapat proteksi lebih yang mengekang.

Dalam keluarga Clay Jensen, sang ibu menjadi sangat khawatir lantaran anak lelakinya bersikap sangat tertutup. Sementara sang ayah menganggap itu adalah hal yang wajar dilakukan remaja pada masanya.

Kerenggangan hubungan juga tergambar di kehidupan keluarga Justin Foley.

3. Perundungan tak kasatmata

Hannah mengalami perundungan bertahap, tetapi tidak disadari oleh guru di sekolah. Teman-teman lain tampak bersikap acuh tak acuh dan tanpa disadari ikut merundung.

Contoh, kalimat julukan dan perbandingan antarsiswa yang dianggap lelucon, tetapi tidak bagi beberapa siswa lain termasuk Hannah.


(Foto: Netflix)

4. Pelecehan seksual di sekolah

Kasus ini kerap kali terjadi di sekolah. Hannah sejak awal telah mengalami pelecehan seksual. Bermula dari kejadian kecil saat Hannah terlena dengan asmara dan bersinggungan dengan popularitas di sekolah, ia menjadi bulan-bulanan perundungan. 

Pelecehan seksual kerap kali ditemukan di sekolah ketika ada siswa yang melapor dan menunjukkan gelagat aneh. Di Indonesia, kasus perundungan dan pelecehan seksual juga kerap kali terjadi. Namun, hingga saat ini diyakini masih banyak korban pelecehan seksual yang memilih bungkam karena ancaman pelaku dan rasa malu.

5. Persahabatan yang rumit

Selain asmara, kisah persahabatan juga terbilang rumit terutama saat memasuki usia remaja. Hannah kerap kali kehilangan kepercayaan terhadap sahabatnya, begitu pula para sahabat yang kehilangan kepercayaan padanya. Hannah menemukan kehidupan sekolah yang baru ketika dipertemukan dengan Jessica Davis, setelah ia merasa kesepian ditinggal oleh sahabatnya Kat, yang tidak lagi bersekolah di Liberty High School.

Hannah dan Jessica kemudian bertemu dengan Alex Standall, siswa baru di Liberty High School. Ketiganya bersahabat baik, sampai akhirnya mereka perlahan menjauh dan saling berkhianat.


(Foto: Instagram Alex Standall)

6. Mewakili tipe-tipe remaja di sekolah

Karakter dalam 13 Reasons Why mewakili tipe-tipe anak di sekolah. Mulai dari klub olahraga anak-anak populer, nerd, gadis-gadis cheerleader dan tipe lain yang sudah pasti ada di sekolah.

7. Kekuatan media sosial di kalangan remaja

Dalam serial 13 Reasons Why, media sosial sebagai salah satu senjata pamungkas yang membuat kepercayaan diri seseorang bangkit dan terpuruk. Hal ini tergambar pada episode pertama, awal perkara muncul dari hubungan Justin dan Hannah.

8. Andil guru di sekolah sebagai orangtua murid

Peran guru di sekolah bukan hanya mengajar melainkan  sebagai orangtua siswa di sekolah. Serial 13 Reasons Why musim pertama menjelaskan bagaimana guru Porter menjadi pertahanan terakhir Hannah bertahan hidup. Porter yang diharapkan sebagai solusi dari rentetan permasalahan Hannah justru sangat tidak membantu.

9. Popularitas di sekolah

Alasan popularitas membuat kehidupan sekolah menjadi berwarna sekaligus kelam. Kadar popularitas kerap menjadi indikator eksistensi siswa di sekolah. Bisa dengan prestasi atau tingkah terburuk sekalipun. 

Berakar dari pelecehan seksual yang dialami Hannah, ia menjadi korban perundungan bulan-bulanan siswa di sekolah. Hingga mendapat predikat yang sudah pasti tidak diinginkan oleh anak perempuan lain.

10. Keterlibatan Selena Gomez


Selena Gomez (Foto: ABC News)

Dengan jumlah 138 juta pengikuti di akun Instagram bukan tidak mungkin penggemar mereka ikut menyaksikan serial 13 Reasons Why. Selena memiliki andil di belakang kamera, saat proses pengambilan gambar.

"Dia tetap bersama kami sepanjang hari di lokasi syuting dan berbincang dengan semua orang di lokasi. Ia mengajak kami makan malam, ke bioskop dan kami bergaul dengannya. Aku tidak yakin bisa menjabarkan kebaikannya dan kepeduliannya," ungkap Dylan Minnette pemeran Clay Jensen, dikutip dari laman Pop Sugar, Senin 28 Mei 2018.

Dalam penggarapan musim kedua, Selena tetap ikut andil di belakang kamera.

Selena ikut menyumbangkan suaranya untuk soundtrack 13 Reasons Why musim pertama dengan membawakan ulang lagu Only You yang sempat dipopulerkan Yazoo di tahun 1982 serta versi akustik Kill 'Em With Kindness.

Selena juga ikut mengisi soundtrack dalam 13 Reasons Why season dua dengan single Back to You. Ia juga bergerak sebagai produser eksekutif untuk serial ini.

13 Reasons Why musim pertama dirilis perdana di Netflix pada 31 Maret 2017, musim kedua dirilis pada 18 Mei 2018 dan musim ketiga tengah memasuki tahap produksi sejak Juni 2018 dan rencananya siap tayang pada 2019.

[embedded content]
 

(ASA)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search