
"Lupa saya sejak kapan orang-orang memanggil saya Asep," kata Stefano kepada detikcom.
Stefano lahir dan besar di Italia. Ia baru beberapa kali datang ke Indonesia. Tapi baginya, negara ini sudah menjadi rumah kedua untuknya. Bahkan ia merasa, dalam kehidupan sebelumnya (ia mempercayai reinkarnasi), ia adalah orang Sunda yang lahir di Bandung.
![]() |
Pertama kali berkunjung ke Bandung, ia langsung jatuh cinta pada lagu-lagu Sunda. "Saya tidak tahu kenapa. Natural begitu saja," ujarnya.
Saat di Bandung, ia memperkenalkan diri sebagai Akang Stef. Tapi itu susah bagi lidah Sunda. "Lalu mereka panggil saya Asep. Saya senang saja," ujarnya.
Stefano merasa tidak pernah punya pengalaman buruk di Indonesia. Hanya dua hal sepele yang dianggap sebagai pengalaman buruk, yakni makan durian sehingga perutnya sakit selama empat hari dan jatuh di sawah.
"Saya tidak pernah bertemu orang-orang yang jahat di sini," jelas pria yang menikah dengan perempuan Indonesia ini.
"Di sini, jika orang-orang tidak setuju dengan saya atau tidak suka saya ambil fotonya, mereka selalu menolak dengan senyum," lanjut mualaf yang belajar membaca Alquran pada komunitas Indonesia di Roma itu.
![]() |
Setiap datang ke Indonesia, Stefano menghabiskan waktu dengan memberikan pelatihan fotografi dan hunting foto di kampung-kampung. Foto Stefano sudah diterbitkan dalam buku berjudul 'Kampungku Indonesia".
Kampung bagi Stefano adalah Indonesia yang sesungguhnya. Ia suka orang-orang di kampung, yang di dalam kesusahan hidupnya, tetap bisa jujur. Stefano pun memelopori komunitas Laskar Kampungku, yang bertujuan membantu memperbaiki kampung-kampung di Indonesia.
"Untuk menjadi modern, bukan berarti kita harus menghancurkan kampung. Jadikanlah kehidupan di kampung lebih baik. Bukan dengan menggantinya dengan mal, gedung pencakar langit, atau kompleks mewah," pesannya.
(iy/van)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar