Sabtu, 16 Juni 2018

Kisah Haru Seorang Pemudik di Terminal Patria Kota Blitar

Blitar - Seorang lelaki tua tampak berjalan terhuyun turun dari bus jurusan Malang-Blitar. Lelaki berbaju batik itu, turun di Terminal Patria Kota Blitar, sambil membawa sebuah tas rangsel berwarna hitam. Lelaki itu kelihatan lelah.

Petugas terminal yang melihatnya kesulitan berjalan mendekatinya. Lalu tas bawaan lelaki tua itu dibawakan petugas. Saat ditanya mau kemana, dia menjawab "Keluar sana, mau dijemput," ucapnya seraya mengusap mulutnya dengan tisu yang telah kumal.

Dari caranya berbicara, kemungkinan lelaki tua ini pernah terserang stroke. Cara berjalannya juga begitu. Kaki kanan yang terbungkus celana hitam itu, terseret kaki kirinya.

Petugaspun lalu memintanya duduk. Namun yang terjadi, lelaki tua itu menangis !. Saat ditanya tujuannya, lelaki tua itu bilang mau ke Tugurante Kecamatan Srengat.

Mengetahui hal itu, Kepala Terminal Type A Patria Surojun Munir mendekat. Setiap kali ditanya tentang keluarga atau anaknya, lelaki tua itu kembali menangis.

Surojun lalu meminta si lelaki tua menunjukkan kartu identitasnya. Dengan tergesa, lelaki tua membuka tasnya. Dan membolak balik isi tas yang berisi sehelai sarung, dua baju koko dan sebuah celana panjang. Namun tidak ketemu.

Pantauan detikcom, seorang petugas terminal membantu mencarikan. Dan ditemukan sebuah dompet. Di dalamnya ada KTP-el dengan identitas yang tertulis nama Naruh (66) warga Dusun Munggalan Desa Karangsono Kecamatan Kanigoro. Naruh adalah pensiunan PNS.

"Kejadian seperti ini sering terjadi. Dan kami punya kewajiban mengantarkannya sampai ke tujuan," ucap Surojun Munir pada detikcom, Sabtu (16/6/2018).

Dengan mobil operasional terminal, Surojun beserta dua petugas mengantar lelaki tua ke alamat sesuai kartu identitasnya. Dalam perjalanan, detikcom yang ikut mengantar sempat menanyakan bagaimana lelaki tua itu sampai di Blitar.

"Diantar adik saya tadi. Saya mau pulang. Anak saya semua di Bali," ucap Naruh sambil menangis lagi.

Dalam perjalanan itu, kepala terminal Patria memutuskan mengantarkan Naruh ke rumah Kades Karangsono. Perjalanan sekitar 15 menit telah sampai.

Dan Kades Karangsono Moch Nur, ternyata telah hapal dengan warganya ini. "Iya ini memang warga sini. Dia menikah dengan janda, warga asli sini. Tapi sudah bercerai. Dia terusir dari rumah yang dibangunnya sendiri," ucap Nur.

Menurut cerita Nur, ketika berniat menikah dengan janda berinisial TT anak-anak Naruh tidak ada yang setuju. Namun Naruh kekeuh menikahi TT, bahkan membangunkan rumah megah.

Namun kebahagian Naruh hanya sesaat. Saat dia pensiun dan terserang stroke, TT menggugatnya cerai. Mengusirnya dari rumah. Seorang adik Naruh di Malang berbelas hati. Selama ini Naruh tinggal bersama adiknya.

Rupanya saat hari yang fitri ini, Naruh ingin kembali ke istrinya. Namun Kades Nur justru meminta Naruh tinggal di rumahnya saja.

"Istrinya dulu orang gak bener. Begitu cerai, balik lagi jadi orang gak bener. Biar Pak Naruh disini, lebaran sama keluarga saya saja. Nanti saya coba hubungi anak-anaknya yang tinggal di Pulau Dewata," pungkas Nur sembari melepaskan kepergian para petugas terminal Patria.
(bdh/bdh)

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search