Kamis, 14 Juni 2018

Kisah Warga Pinggiran Situgunung Manfaatkan Air Selokan untuk Minum

SUKABUMI, KOMPAS.com - Sudah turun-temurun hingga jelang Lebaran 2018, masyarakat pinggiran hutan Situgunung di Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat masih memanfaatkan air selokan.

Air selokan yang dialirkan dari Sungai Cigunung di hutan Gunung Gede Pangrango dan melintasi kawasan wisata alam ini tak hanya dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian.

Namun juga untuk keperluan rumah tangga lainnya, bahkan untuk memasak dan minum.

Warga yang masih memanfaatkan air selokan tersebut mayoritas di desa perbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung. Di antaranya Desa Gede Pangrango dan Desa Sukamanis.

Baca juga: Bripka Wawan, Polisi yang Fotonya Viral Saat Tertidur Setelah Bertugas di Tol Cipali

"Ya pak di sini kan daerahnya di punggungan, makanya sulit membuat sumur," ungkap Yandi (31), salah seorang warga kepada Kompas.com di rumahnya, Kampung Pasir Tengah, Desa Gede Pangrango, Rabu (13/6/2018).

Menurut dia, air yang terlihat masih jernih dialirkan dari sumber air di dalam kawasan hutan sampai ke kampung melalui selokan.

Namun masyarakat kampung lain ada yang sudah memakai pipa paralon dari lokasi pembagian air jernih tersebut.

"Kami warga di sini hingga sekarang belum mampu membeli selang apalagi paralon. Makanya dari lokasi pembagian air masih melalui selokan, dan ini sudah berlangsung secara turun temurun," ujar dia.

Namun, lanjut dia, sekitar 10 tahun terakhir, debit air yang mengalir ke kampung halamannya semakin mengecil.

Bahkan kalau musim kemarau, aliran air semakin terbatas, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan air.

"Kalau hujan, sepanjang selokan sering terkena longsor. Air yang sampai sini pun menjadi keruh, karena tertimbun tanah longsor atau ambles," aku Yandi yang sehari-hari sebagai pengrajin gula aren.

"Tempat ini awalnya sawah Pak, tapi karena debit airnya terus berkurang akhirnya dijadikan kebun dan rumah," sambung dia.

Baca juga: Libur Lebaran, Pendakian Gede Pangrango Ditutup, Gunung Salak Buka

Warga lainnya, seorang ibu rumah tangga Haryati (34) mengaku memanfaatkan air dari sungai untuk keperluan sehari-hari.

Selain untuk keperluan mandi, mencuci dan kakus, juga terpaksa dipakai untuk memasak dan minum.

"Ya mau bagaimana lagi Pak. Kami kan butuh air. Keperluan air untuk memasak Lebaran juga airnya dari sini Pak," ucap Haryati sambil menunjukkan pancuran air yang dialirkan memakai pipa dari bak penampungan yang terletak lebih tinggi di atas lahan rumahnya.

Seorang warga memperbaiki selang pipa air di Kampung Pasir Tengah, Desa GedePangrango, Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (13/6/2018). KOMPAS.com/BUDIYANTO Seorang warga memperbaiki selang pipa air di Kampung Pasir Tengah, Desa GedePangrango, Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (13/6/2018).
Seorang penggiat sosial masyarakat, Yadi (60) menuturkan, di wilayah Desa Gede Pangrango, mayoritas warga memanfaatkan air jernih dari aliran Sungai Cigunung.

Selain itu beberapa perkampungan di desa tetangga, seperti Desa Sukamanis.

"Air dari dalam kawasan konservasi ini ada dua sumber. Pertama dari atas curug (air terjun) Sawer, di Pameugaran lalu melintasi obyek wisata alam, dan yang kedua setelah Curug Sawer," tutur Yadi.

Menurut dia, air dari Pameugaran terbagi ke Kampung Pasir Tengah, Babakan, dan Cijagung serta Pasanggrahan Desa Gede Pangrango serta ke Desa Sukamanis.

Sedangkan yang di bawah Curug Sawer ke Kampung Gamblok dan Cibunar serta sekitarnya di Desa Gede Pangrango.

"Instansi pemerintahan juga sumber airnya sama dari gunung. Saya hitung ada 9 instansi, termasuk kantor Kecamatan Kadudampit dan Polsek Kadudampit, termasuk kantor TNGGP Resort Situgunung," ujarnya.

Baca juga: Terinspirasi Soe Hok Gie, Bima Arya-Dedie Rachim Jajal Gunung Gede Pangrango

Dia menjelaskan, pemanfaatan air dari hutan ini banyak dukanya. Karena kalau musim hujan, masyarakat harus bolak-balik memperbaiki aliran selokan yang terkena longsor dan ambles.

Kalau musim kemarau juga sama harus memperbaiki, karena debit airnya mengecil.

"Jarak yang ditempuh menyusuri selokan air ini bisa mencapai 4 kilometer. Bahkan kalau musim hujan, sering bolak balik, banyak aliran selokannya tertimbun tanah," jelas Yadi rumahnya di Kampung Cijagung Lapang ikut memanfaatkan air dari hutan.

Camat Kadudampit, Jenal Abidin mengatakan, di wilayahnya terdapat 9 desa yang teraliri atau terlintasi sungai-sungai yang berhulu dari TNGGP Resort Situgunung.

Dua desa di antaranya paling berbatasan, yaitu Desa Gede Pangrango dan Sukamanis.

"Ada tiga kampung di Desa Gede Pangrango yang penyaluran sarana air bersih masih belum optimal," kata Jenal saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan whatsapp, Kamis (14/6/2018).

Ketiga kampung itu, Kampung Pasir Tengah, Cijagung, dan Babakan. Ketiga kampung itu dihuni sedikitnya 300 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk sebanyak 1.200 jiwa.

Saat ini, penyaluran air bersih masih ada yang melalui selokan dari sumber airnya belum memakai pipanisasi. Jika longsor, selokan tertutup tanah dan air pun tidak mengalir.

"Kalau dipasang pipa pasti lancar tidak akan tertutup akibat erosi," ujar dia.

"Kami sedang terus mengupayakannya mulai dari sumber air. Kalau di beberapa tempat sudah memakai pipanisasi," sambungnya.

Dia menambahkan Balai Besar TNGGP juga sudah menerbitkan perizinan pemanfaatan air untuk satu kelompok di Desa Sukamanis. Tembusan surat perizinannya sudah ia terima.

"Tinggal menunggu untuk Desa Gede Pangrango. Sudah saya konfirmasi, perizinannya dalam proses," tambah Jenal.

Masyarakat pinggiran hutan ini sangat mengharapkan mendapatkan air bersih yang hingga ke permukimannya melalui pipanisasi dan sudah layak minum.

Hal ini untuk menjaga kualitas air yang jernih tersebut tetap bersih dan tidak tercemar limbah atau sampah.

"Kami ingin sekali mendapatkan air yang bersih melalui pipanisasi, sehingga kalau ada longsor tidak keruh atau berhenti tidak mengalir," harap Yandi.

Pantauan Kompas.com di Kampung Pasir Tengah, air selokan dengan lebar tidak lebih 50 sentimeter dari sungai Cigunung di dalam kawasan konservasi terlihat jernih.

Air itu dialirkan ke kolam milik warga kampung setempat. Selain itu, ada juga warga yang membuat bak penampungan sebelum airnya disalurkan ke rumah masing-masing.

Ada juga warga yang membuat kolam sekaligus untuk tempat cuci piring dan pakaian di halaman rumahnya.

Kompas TV Kementerian Perhubungan mulai menyiapkan skema transportasi dari dan ke Jawa Tengah jelang arus mudik nanti.


Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search