KOMPAS.com - Rupa planet Jupiter yang dirilis NASA belakangan memang sangat menawan dan menakjubkan. Namun hanya sedikit orang yang tahu potret tersebut telah melalui proses yang panjang, rumit, dan berbahaya.
Perjalanan dimulai dari sebuah kamera seukuran kotak sepatu yang diletakkan pada Juno, wahana antariksa yang diluncurkan dari Cape Canaveral pada bulan Agustus 2011 untuk menyelidiki planet Jupiter.
Namun sebelum bisa memotret Jupiter, Juno harus melakukan perjalanan selama bertahun-tahun sebelum akhirnya mengorbit di Jupiter.
Bukan hanya itu Juno juga akan menghadapi medan magnet berbahaya Jupiter setiap beberapa bulan selama melakukan flyby atau terbang mendekati Jupiter.
Baca juga: Melihat Rupa Jupiter yang Menawan dari Mata Juno
Kamera yang digunakan disebut JunoCam dan merupakan Push-frame Visible Imager. Push Frame berarti kamera memperoleh gambar beberapa strip pada suatu waktu sesuai keinginan saat dipasang di wahana antariksa yang sedang bergerak.
"Kami juga memiliki filter yang dipasang pada detektor untuk warna merah, hijau dan biru. Selain itu juga ada filter metana untuk memperlama panjang gelombang sehingga dapat mempelajari ketinggian awan," jelas Candice Hansen-Koharcheck, penanggung jawab instrumen JunoCam, dilansir Science Alert, Senin (11/6/2018).
JunoCam punya kelebihan bisa bertahan dari lingkungan Jupiter yang sangat tidak bersahabat, lebih lama dari yang diperkirakan.
Hal ini membuat Juno dapat melindungi sebagian besar peralatan lain yang terdapat di dalam kotak pelindung yang berat.
Namun sebenarnya partikel-partikel yang terperangkap di garis medan magnet Jupiter (disebut magnetosfer) dapat merusak kamera karena tidak dapat terlindungi.
Magnetosfer yang hebat diperkirakan akan membuat kamera tidak bekerja setidaknya pada flyby ke-8. Namun Juno justru bisa bertahan hingga flyby ke-12 dan menyediakan lebih banyak gambar lagi untuk diproses.
Baca juga: Begini Penampakan Siang dan Malam Jupiter dari Mata Juno
Dan akhirnya pada pertengahan 2016 Juno berhasil mencapai Jupiter. Wahana antariksa ini telah berhasil melakukan flyby untuk mendapatkan banyak data, setiap dua bulan semenjak kedatangannya. Semenjak itulah gambar-gambar memukau telah dikirimkan.
Setiap flyby, JunoCam dapat mengambil antara 12 hingga 20 gambar. Mungkin terdengar tidak terlalu banyak, tetapi mendapatkan gambar di luar angkasa tentu tidak mudah.
Setelah flyby selesai data kemudian disimpan di wahana antariksa. Sementara data teknis dan data magnetometer yang penting akan dikirimkan pertama kali.
Potongan-potongan gambar yang diambil kemudian dipancarkan jutaan kilometer di angkasa, sebelum diedit oleh para ilmuwan. Dan akhirnya foto-foto itu bisa benar-benar terlihat seperti yang kita saksikan sekarang ini.
"Jupiter adalah tempat yang luar biasa berbahaya dan menakutkan tapi sekaligus indah. Gambar yang diambil dari JunoCam sangat berharga secara ilmiah dan kami menggunakannya untuk mempelajari siklon yang melingkari kutub Jupiter " kata Seán Doran, ilmuwan yang telah mengedit ratusan foto luar angkasa NASA.
Menariknya, komunitas-komunitas bisa ikut serta mengedit foto-foto tersebut. Seperti misalnya Unmanned Spaceflight.com yang terlibat mengedit foto-foto tersebut.
"Ada banyak kolaborasi yang terjadi dengan orang-orang dari seluruh dunia," kata Doran.
Baca juga: Badai Petir di Jupiter Sama dengan di Bumi, Menurut Temuan Baru
Gambar diedit melalui urutan koreksi warna, eksposur, dan menggunakan berbagai mode campuran serta efek lensa untuk mendekati sesuai aslinya.
Juno dijadwalkan menyelesaikan misinya pada Juli 2018. Namun kabar terbaru menyebut jika NASA memperpanjang misi selama tiga tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar