Minggu, 17 Juni 2018

Kisah-Kisah Pilu di Balik Gemerlap Piala Dunia 2018

Suara.com - Rusia menaikkan usia pensiun warganya, pasukan Arab Saudi membombardir rakyat Yaman tanpa ampun, dan Iran menangkap seorang pengacara HAM—semua itu terjadi tatkala tim nasional mereka berlaga di Piala Dunia 2018.

Suporter Arab Saudi tak lagi bersorak, ketika skuat kesayangannya dicukur habis oleh Rusia, pada laga pembuka PD 2018 di Stadion Luzhniki, Kamis (14/6/2018) malam.

Kala itu, Rusia melesakkan 5 gol tanpa balas ke gawang tim nasional Arab Saudi. Fans timnas negeri Raja Salman itu patut bersedih karena dipermalukan di jutaan pasang mata.

Namun, nun jauh di Yaman, jutaan warga negeri itu justru menangis ketakutan akibat Arab Saudi. Sebab, pada saat yang bersamaan, militer Saudi juga asyik membombardir banyak daerah Yaman.

Pesawat tempur dan kapal perang Arab Saudi menggempur posisi gerilyawan Houthi di Hodeidah Yaman, Kamis. Mereka berupaya merebut pelabuhan utama negara itu, dalam pertempuran terbesar yang telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Seorang warga tampak tengah melihat kerusakan yang ditimbulkan serangan udara koalisi Arab Saudi pada jembatan penghubung antara area Abbas dan Harad di utara Provinsi Hajjah, Yaman, Senin (25/12/2017). [AFP]

Koalisi itu juga menghantam jalan utama yang menghubungkan Hodeidah ke utara ibu kota, Sanaa, untuk memblokir setiap bantuan dari gerilyawan Houthi kepada rakyat.

"Orang-orang ketakutan. Kapal-kapal perang itu mengerikan dan pesawat-pesawat tempur terbang di atas sepanjang waktu," kata Amina, perempuan Yaman berusia 22 tahun yang tinggal di dekat pelabuhan kepada Reuters, Kamis.

"Orang-orang melarikan diri dari kota ke pedesaan, tetapi bagi mereka yang tidak memiliki sanak keluarga di sana atau uang, tidak ada jalan keluar."

***

Kamis malam, warga Rusia banyak yang merayakan kemenangan telak tim nasionalnya atas Arab Saudi secara masygul.

Betapa tidak, ketika mereka larut dalam pesta kemenangan di PD 2018, Presiden Vladimir Putin juga resmi menetapkan kebijakan yang menaikkan batas usia pensiun.

"Persoalan usia pensiun ini terbilang pelik. Saya  sudah mengurusnya secara berhati-hati. Tugas utama saya adalah meningkatkan pendapatan para pensiunan, karenanya usia masa pensiun juga harus dinaikkan," tutur Putin, seperti diberitakan Reuters.

Perdana Menteri Dmitry Medvedev, pada hari itu juga, mengumumkan usia pensiun warga Rusia akan dinaikkan dari 60 tahun menjadi 65 tahun untuk laki-laki pada 2028. Sementara usia pensiun perempuan pekerja naik dari 55 tahun menjadi 63 tahun pada 2034.

Kebijakan itu akan diterapkan secara perlahan pada tahun 2019. Dengan kebijakan baru itu, seperti diberitakan Independent.co.uk, berarti usia pensiun untuk lelaki Rusia hanya satu tahun lebih rendah dari perkiraan harapan hidup mereka.

Suporter Rusia Menyambut Piala Dunia 2018 (sumber: rbth)

Berdasarkan survei World Health Organization (WHO), usia perkiraan hidup lelaki Rusia adalah 66 tahun. Sedangkan data World Factbook CIA justru menyebut usia hidup lelaki Rusia hanya 65 tahun. Kalau harapan hidup perempuan Rusia diperkirakan sekitar 77 tahun.

Karenanya, kebijakan baru mengenai usia pensiun tersebut banyak ditentang oleh warga Rusia sendiri. Mereka menilai, pemerintah seharusnya menaikkan pendapatan para pensiun tanpa harus menaikkan batas usia pensiun.

***

Jumat (15/6), rakyat Iran mengikuti laga timnas mereka melawan Maroko dengan hati cemas. Namun, kecemasan itu berubah menjadi gegap gempita setelah Aziz Bouhaddouz, bek Maroko mencetak gol bunuh  diri pada detik-detik akhir pertandingan.

Aziz mencetak gol bunuh diri pada menit ke-95, dan fans Iran yang menonton langsung laga itu di Saint-Petersburg Stadium, langsung bersorak sorai.

Kisah-Kisah Pilu di Balik Gemerlap Piala Dunia 2018 - 3

Namun, di Iran sendiri, kecemasan warga tak hanya karena persoalan skor 0 – 0 pada selama 90 menit waktu normal laga tersebut, tapi juga penangkapan perempuan bernama Nasrin Sotoudeh.

Nasrin adalah pengacara hak asasi manusia yang getol mengkritik kebijakan pemerintah Iran. Ia juga sejak lama menggugat hukum wajib berjilbab Iran yang menurutnya melanggar HAM perempuan-perempuan negeri para Mullah tersebut.

Sotoudeh, yang menjadi ikon oposan Iran, pernah dijatuhi hukuman 6 tahun penjara pada 2010. Ia juga pernah dipenjara karena dianggap menyebarkan propaganda yang membahayakan keamanan negara.

***

Gol kemenangan dramatis Iran dan juga penangkapan Nasrin bukan satu-satunya "berita panas" pada hari Jumat.

Hari itu juga, Cristiano Ronaldo mengejutkan banyak orang karena mencetak trigolnya saat melawan timnas negara tempat ia mencari makan, Spanyol.

Tapi lagi-lagi, trigol CR7 itu bukan satu-satunya cerita yang muncul tentang bintang Portugal itu pada hari yang sama.

Hanya bebeapa jam sebelum dia mencetak hattrick di Sochi, Rusia, Ronaldo dipastikan harus membayar denda USD 21,8 miliar dan hukuman penjara percobaan.

Bintang Portugal Cristiano Ronaldo merayajkan golnya ke gawang Spanyol. Odd ANDERSEN / AFP

Itu setelah Ronaldo divonis dua tahun percobaan penjara oleh Pengadilan Spanyol, karena yang bersangkutan mengakui kesalahannya menggelapkan pajak.

Sebelum divonis bersalah, Ronaldo sempat menepis tuduhan dirinya menggelapkan pajak sebesar 14,8 juta Euro.

Ronaldo justru mengatakan dirinya telah  ditipu oleh Departemen Keuangan Spanyol. Karena kasus itu pula sempat beredar rumor CR7 akan hengkang dari La Liga.

Tak hanya penggelapan pajak, Ronaldo juga diduga menyembunyikan pendapatan dari penjualan hak citra dengan mengalihkan hasil kerjanya itu ke Irlandia yang menjadi "surga pajak".

Agen dan pengacara Ronaldo sempat melobi Dewan Keuangan Spanyol untuk menemukan solusi menyudahi perkara itu.

Namun, seperti dilaporkan El Mundo, upaya itu tampaknya gagal, sehingga Ronaldo diputus bersalah oleh pengadilan Spanyol dalam empat perkara.

Ronaldo sendiri tak mau memperpanjang perkara itu dan mengakui kesalahan, serta bersedia membayar denda 18,8 juta Euro. Dengan demikian, ia tak harus melewatkan masa senja kariernya di bilik sel penjara.

The Guardian, media massa di Inggris, pada Sabtu (16/6), ikut menyorot beragam kejadian kelam yang ada di balik keriuhan PD 2018 Rusia.

"Seringkali dikatakan bahwa 'dunia sedang menonton' piala dunia. Tetapi bagi negara-negara yang ingin mengubur berita kontroversial atau kebijakan yang tidak populer, PD 2018 adalah cara lain untuk mengatakan 'dunia sedang melihat ke arah lain'," demikian sindir The Guardian.

"Ketika para pemain melakukan kick off di Rusia, banyak negara membuat pengumuman tidak populer yang biasanya dikecam warga, dan semua itu hanya samar-samar terdengar."

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search