Kamis, 12 Juli 2018

Kisah Sarmidi, Difabel Penjual Kopi di Terminal Pulo Gadung yang Dapat Sekolahkan 3 Anaknya

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Rafdi Ghufran

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - Sarmidi (40) terpaksa harus berjalan menggunakan tongkat lusuhnya setiap hari karena kaki kanannya yang cacat.

Hidup seperti itu harus dijalaninya semenjak usia dini.

Berbagai pengobatan pun telah ditempuh Sarmidi untuk memulihkan kondisi kakinya.

Saat ditemui di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sarmidi mengaku upaya pengobatannya itu nihil.

Kaki kanan Sarmidi tak kunjung pulih sampai kini dirinya telah memasuki usia dewasa.

"Dari kecil udah kaya gini, makanya harus pake tongkat. Udah diobatin kemana-mana ke alterntif ke dokter, tapi ga sembuh-sembuh," kata Sarmidi Kamis (12/7/2018).

Sehari-hari Sarmidi menyandarkan hidupnya dengan berjualan kopi di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur.

Kondisi fisiknya  yang memaksa Sarmidi berprofesi sebagai penjual kopi.

"Sehari-hari kerja di Terminal Pulogadung jualan kopi, saya bisanya itu doang mas, kaki saya kan cacat," ujarnya kepada TribunJakarta.com.

Bekerja menjual kopi di terminal membuat Sarmidi memiliki penghasilan yang tidak menentu, kadang dirinya cuma bisa mengantongi Rp 50 ribu per hari.

Meskipun berpenghasilan pas-pasan, Sarmidi tetap berusaha menyekolah ketiga anaknya hingga kini berhasil mengeyam bangku pendidikikan.

"Penghasilan kadang cuma Rp 50 ribu sehari, dicukup-cukupin lah. Sekarang anak udah tiga, yang satu SMP, yang dua masih SD, orang tua mah demi anak banting tulang juga ga apa-apa," imbuhnya.

Sampai saat ini Sarmidi mengaku masih sering merasa sakit pada kaki kanannya, dia pun mengaku tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search