Selasa, 14 Juni 2016

Kisah "Kaban Mayas" Bertahan dari Gempuran Penebang Hutan

KAPUAS HULU, KOMPAS.com - Warga Dusun Meliau di pedalaman Kalimantan tidak tergiur gempuran iming-iming keuntungan dari merambah hutan. Mereka memilih kembali hidup selaras dengan alam.

Masyarakat Meliau yang berada di Desa Melemba, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat itu mempraktikkan pola perekonomian yang ramah lingkungan meski keuntungan mereka tidak sebesar yang diharapkan.

Pada Senin (30/5/2016) lalu, Kompas.com mengunjungi Dusun Meliau atas undangan World Wild Fund (WWF) Indonesia Program Kalimantan Barat untuk melihat bagaimana masyarakat berusaha membangun kesejahteraan ekonomi yang lebih ramah lingkungan melalui program ekowisata.

Untuk sampai di Dusun Meliau, kami harus menggunakan speed boat dari kota Lanjak, Kecamatan Batang Lupar.

Kristian Erdianto/Kompas.com Perjalanan membelah Danau Sentarum menuju Dusun Meliau, Desa Melemba.
Dusun Meliau terletak di pinggiran Sungai Leboyan. Satu-satunya cara sampai ke sana adalah dengan menyeberangi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum selama hampir 2 jam.

Selama perjalanan, kami disuguhkan pemandangan khas perkampungan nelayan yang terletak di pinggiran sungai.

Umumnya mereka hidup dari menangkap ikan di beberapa anak sungai dan Danau Sentarum. Sebagian lagi, misalnya masyarakat Kampung Semangit, juga mengandalkan hidup dari hasil hutan seperti madu. (baca: Menengok Kampung Semangit, Berdikari dengan Ekonomi Hijau)

Perangkap ikan tradisional pun terhampar sepanjang sungai yang menjadi koridor Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS).

Di kejauhan tampak hamparan perbukitan yang menghijau. Setelah menyeberangi Danau Sentarum dan mengarungi sebagian daerah aliran Sungai Leboyan, akhirnya kami sampai di Dusun Meliau pada sore hari.

Let's block ads! (Why?)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Incoming Search